Relawan Pertamina Bantu Evakuasi Korban Gempa Tsunami Palu - Donggala



PALU- Relawan Pertamina ikut membantu tim Basarnas dalam penugasan mengevakuasi korban bencana gempa dan tsunami yang menimpa masyarakat Palu, Sigi, dan Donggala.  

Salah satu kisah datang dari relawan Pertamina Hulu Mahakam (PHM) Andi Awang yang bertindak sebagai rescuer. Ia mengungkapkan menjadi rescuer adalah panggilan hati. Seringnya pelatihan mengenai rescue di PHM membuatnya sedikit banyak mengetahui medan yang akan ditempuh untuk mengevakasi korban bencana alam seperti yang sekarang dialami.  

“Kita terpanggil untuk membantu para korban yang sangat riskan kondisinya. Kami memberangkatkan 1 team leader, 1 dokter, 2 paramedic, dan 8 resquer,” ungkap Andi Awang kepada Tim Energia.  

Selama di Palu ia juga merasakan kesedihan mendalam dari para korban. Ia dan tim berangkat dari Makassar menuju Mamuju menggunakan pesawat namun situasi di bandara belum pulih. Kendaraan untuk angkutan logistik masih susah dijangkau, sehingga ia dan tim bersusah payah menurunkan dan mengantar logistik. Terlebih lagi situasi lokasi dan masyarakat yang belum terkendali.  

“Lokasi awal penugasan evakuasi di Boromaru. Saat itu situasi mencekam, tidak ada jalan, tiang tiang listirk roboh, di sana kita coba buka jalur akses, dan  menemui posko Sigi. Di sana kita temui korban yang belum tersentuh logistik dan memberikan bantuan kesehatan. Lalu menemukan puskesmas rusak dan kita coba aktifkan untuk membantu korban. Kita berkoordinasi dengan Basarnas untuk melakukan evakuasi terhadap korban yang ada,” katanya. 

Evakuasi tersulit selama di Palu juga ia rasakan. Ia berusaha membantu mengevakuasi dua korban di gedung Rumah Tahfiz namun terkendala oleh bangunan setinggi tiga lantai yang runtuh dan hancur menimpa korban di bawahnya. “Karena ada bangunan tiga lantai yang runtuh, kita dan Basarnas menggunakan alat berat untuk menghancurkan gedung itu,” lanjutnya.
  
Langkah yang ia tempuh bersama teman-teman Pertamina lainnya merupakan tugas mulia. Selain mengorbankan tenaga, ia juga mengorbankan waktu kebersamaannya dengan keluarga untuk misi kemanusiaan ini. Beruntung ia memiliki keluarga yang sangat mendukung pekerjaannya ini sehingga keluarga paham betul jika Andi Awang menjadi relawan di Palu.
 
“Kita di lokasi sudah 2 minggu kerja dan off, dan waktu libur diambil untuk evakuasi, jadi harus meninggalkan keluarga. Alhamdulillah, keluarga ya sudah mengerti,” jelasnya.  

Saat akan berangkat untuk menjadi relawan, anak-anak Andi Awang pun memberikan wejangan kepada sang ayah untuk selalu berhati-hati dimana pun berada. Istrinya pun selalu khawatir terhadapnya karena komunikasi sempat terputus dan hanya dapat berkomunikasi sesaat ada sinyal.  

Kisah kedua datang dari relawan Pertamina Hulu Sanga Sanga Sthefri Mailangkay. Ia mengawali karier sebagai tim rescue saat mengikuti training hingga akhirnya mengikuti lomba. Sthefri tertarik di bidang rescue karena bergerak di bidang kemanusiaan, kerja dengan ikhlas sepenuh hati menolong korban yang tertimpa bencana dan sangat mulia. 

“Kebanggaan ketika menolong orang dan orang tersebut selamat. Prinsipnya ikhlas, karena belum tentu kalau kita meninggal akan diperlakukan seperti apa yang saya lakukan ke orang juga,” imbuhnya. 

Tugasnya sebagai tim rescuer sempat ditolak oleh keluarga karena kegiatan seperti ini sangat menyita waktunya bersama keluarga. Namun ia selalu memberikan pengertian kepada keluarganya bahwa apa yang ia lakukan adalah tugas mulia, membantu sesama manusia adalah kewajiban setiap orang.
  
Ia berharap Pertamina semakin banyak memiliki tim rescuer agar siap sedia untuk menanggulangi bencana dan mengedepankan HSSE. “Saya harapkan nantinya kita semua tim Pertamina Group ini terus memperhatikan tim rescue, agar ke depannya kita siap untuk menanggulangi bencana dengan tetap mendahului safety di atas segalanya,” harap Sthefri.•DK/ANDRE

Share this post