Rig Kembar JO PDSI-AOS Dioperasikan

Rig Kembar JO PDSI-AOS Dioperasikan

STJ 7878Bojonegoro - Rig kembar DS 9 milik PDSI dan rig DS-8 milik AOS yang berkolaborasi dalam JO PDSI-AOS mulai dioperasikan. Akhirnya, setelah melewati proses pembuatan rig di CTE Batam selama 14 bulan, maka pada hari Selasa (30/4), dengan ditandai bunyi sirene dan pelepasan burung merpati ke angkasa, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini meresmikan kegiatan Tajak Sumur Pengeboran Banyu Urip, Blok Cepu, Bojonegoro, Jawa Timur yang menggunakan dua rig kembar jenis skidding rig kapasitas 2.000 HP. Kecanggihan rig ini antara lain tidak perlu direbahkan (rig down) ketika hendak dipindah ke sumur berikutnya, karena dilengkapi semacam “robot” yang memungkinkan rig “berjalan” ke arah depan dan samping serta berpindah secara cepat dari satu titik pemboran ke titik lainnya. Rig ini dibangun melalui penerapan program alih teknologi dengan beberapa perusahaan Internasional seperti Lee C. Moore, Lee Tourneau dan NOV.


Dengan teknologinya yang canggih rig ini mampu mengebor hingga kedalaman 6.000 meter. “Ini adalah loncatan teknologi yang membanggakan karena putra putri Indonesia sudah bisa membangun rig berteknologi baru dan cukup canggih. Mudah-mudahan produksi minyak awal (first oil) sebesar 90.000 ribu barel per hari dapat dicapai Agustus 2014,” ujar Rudi.


Rig baru ini rencananya akan melakukan pengeboran 42 sumur yang terdiri dari 29 sumur produksi dan 13 sumur injeksi. Tahap pertama dibor delapan sumur baru di tapak (well pad) B. Setelah itu secara berurutan dibor sumur baru di well pad C. “Dengan tahapan ini produksi puncak blok sebesar 165.000 barel minyak per hari dapat dicapai di akhir tahun 2014,” ungkap Rudi lebih lanjut.


Rudi menegaskan, proyek ini penting dan strategis untuk ketahanan negara dalam bidang energi. Apabila proyek ini dapat berjalan seperti yang direncanakan, lapangan Banyu Urip dapat memberikan kontribusi produksi minyak sekitar 16,5 persen dari target produksi minyak nasional pada akhir 2014.


"Angka ini merupakan hal yang sangat berarti bagi pendapatan negara. Oleh karena itu, proyek Banyu Urip harus dapat terlaksana sesuai dengan sasaran proyek," harapnya.


Hadir dalam kesempatan tersebut Direktur Hulu Pertamina, M. Husen, Direktur Utama PDSI, Faried Rudiono, Direktur Utama Pertamina EP Cepu, Amril Thaib, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Bojonegoro, Nono Purwanto, dan Vice President Public and Government Affairs, Mobil Cepu Ltd., Erwin Maryoto. (BK-PDSI)

Share this post