Jakarta – Sebagai BUMN terdepan dalam menghasilkan laporan keuangan berkualitas yang on time dan berstandar internasional, Pertamina tetap harus berbenah demi penyusunan RKAP yang lebih bagus. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Keuangan Pertamina, Andri T Hidayat dalam Closing Meeting Penutupan Proyek Program Konvergensi PSAK berbasis IFRS di Kantor Pusat Pertamina, pada Jum’at (20/9).
Sedianya Pertamina telah berhasil menyusun laporan yang berkualitas tepat waktu dan dengan standar internasional dengan dukungan dari IIFRS (International Financial Reporting Standards). Hal tersebut tentunya menjadi wujud dukungan dalam mencapai visi misi korporat untuk menjadi world class energy company.
Terkait itu Andri T Hidayat mengatakan meskipun proyek konvergensi ini berakhir, bukan berarti selesai juga seluruh proses keuangan berbasis IFRS. Standar reputasi berbasis IFRS ini masih terus berkembang sejalan dnegan perkembangan bisnis global, oleh karena itu menurut Andi, Pertamina masih harus berbenah serta bekomitmen menjadi BUMN terdepan dalam menghasilkan laporan keuangan berkualitas internasional.
Meskipun proyek ini sudah berakhir namun bukan berarti selesai pula seluruh proses pelaporan keuangan yang berbasis IFRS. Karena standar reputasi berbasis IFRS ini masih terus berkembang sejalan dengan perkembangan bisnis global. Maka dari itu, menurut Andri, Pertamina masih harus berbenah serta berkomitmen menjadi BUMN yang terdepan dalam menghasilkan leporan keuangan tepat waktu dengan standar akuntansi berbasis IFRS.
Dalam acara yang dihadiri oleh Direktur Umum Pertamina, Luhur Budi Djatmiko, beserta jajaran manajemen Pertamina dan anak perusahaan ini berharap kedepannya Pertamina dapat menyusun RKAP yang lebih bagus, oleh karenanya ia menekannkan pentingnya pemantapan penyusunan budget keuangan yang baik.
“Accounting nya sudah oke, laporannya oke, namun demikian banyak yang harus dipelajari, ini adalah the next step yang harus kita perbaiki. Kita harus berbisnis dengan cara yang cerdik, bagaimana mengcounter project-project, mengelola pertumbuhan perusahaan sesuai dengan keinginan stakeholder,” pungkas Andri dalam sambutannya.
IFRS merupakan standar akuntansi dari berbagai negara baik di Eropa, Amerika maupun Asia Pasifik. Standar ini telah digunakan secara global sebagai kerangka akuntansi yang seragam untuk menfasilitasi kegitan berbisnis lintas negara dan juga untuk mengadakan pencatatan serta berbasis akuntansi yang diterima banyak negara.Ia adalah standar akuntansi global yang diadopsi oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) yang berlaku efektif seluruhnya pada tahun 2012, emnggunakan IFRS versi 1 Januari 2009.
Proyek program konvergensi PSAK berbasis IFRS di Pertamina dimulai pada akhir 2010 yang mencakup penerapan di PT Pertamina (Persero) beserta 13 anak perusahaan meliputi, Pertamina EP, Pertamina Hulu Energi, Pertamina Gas, Pertamina Drilling Service Indonesia, Pertamina Geothermal Energy, Patra Niaga, Pertamina Bina MEdika, Pertamina Dana Ventura, Pertamina Retail, Patra Jasa, Pelita air Services, Tugu Pratama Indonesia, dan Pertamina Trans Kontinental.
Proyek ini merupakan jawaban dari Pertamina terhadap tantangan untuk menjadi salah satu BUMN yang sukses mengimplementasikan PSAK berbasis IFRS tersebut di Indonesia dan sejalan dengan visi Pertamina menjadi World Class National Energy Company. Di Pertamina program ini tidak hanya berdampak kepada aspek akuntansi saja, namun juga di fokuskan ke berbagai aspek. aspek-aspek tersebut meliputi implikasi akuntadi dan pelaporan perpajakan, imilikasi pada data dan system informasi serta dampaknya pada perubahan proses bisnis.
Banyak faedah atau hasil proyek utama yang dihasilkan oleh Proyek Konvergensi ini beberapa diantaranya adalah dukungan atas penyusunan laporan keuangan yang dilakuka tim akuntansi Pertamina untuk periode 2010-2012 termasuk didalamnya dukungan atas proses audit oleh auditor. Dukungan juga diberikan terkait penyusunan laporan keuangan sehubungan dengan penerbitan Global Bond oleh Pertamina. SHA