Saatnya Berpaling pada EBT

Saatnya Berpaling pada EBT

 

JAKARTA - “Seluruh Menteri Energi sedunia dan PBB mencanangkan, 22 Oktober sebagai World Energy Day. Hal itu dideklarasikan Oktober tahun lalu di Dubai. Tahun ini pertama kali dunia akan merayakan Hari Energi Sedunia.” Demikian dikatakan oleh Menteri ESDM Jero Wacik saat membuka talkshow Indonesia Menuju Energi Hijau di Auditorium BPPT, (3/7).


“Yang diinginkan dari World Energy Day, minimal setahun sekali, kita semua harus care pada energi. Kampanye energi dari tingkat TK, SD, SMP dan seterusnya. Jadi care pada penghematan energi, “ tegas Jero.


Karena itu, untuk menjawab masalah konsumsi energi yang terus meningkat, tidak bisa lagi bergantung pada energi fosil seperti minyak mentah dan gas. “Tidak ada pilihan lain, kecuali berpaling pada energi baru dan terbarukan (EBT) yang lebih ramah lingkungan,” ujar Jero.


Hal tersebut diamini Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya yang menjadi salah satu pembicara dalam talkshow yang dise­lenggarakan oleh Ikatan Alumni ITB angkatan 1978 tersebut. Namun menurutnya, ada permasalahan yang harus disepakati semua pihak berkaitan dengan biaya eksplorasi dan produksi EBT yang lebih mahal dibandingkan dengan energi konvensional. Siapa yang harus menanggung tingginya biaya ini. “Pilihannya ada tiga. Pemerintah yang mensubsidi, produsen yang mensubsidi, atau masyarakat yang mensubsidi. Di negara-negara maju yang berhasil dalam implementasi EBT, ada insentif fiskal yang diberikan kepada produsen, ataupun kombinasi dengan subsidi Pemerintah. Nah, ini yang harus kita lakukan kalau Indonesia ingin mengembangkan EBT,” kata Hanung.


Sementara Kepala BPPT Marzan A. Iskandar mengingatkan kembali komitmen Indonesia sebagai salah satu negara yang mengembangkan pemanfaatan energi hijau. “Presiden Susilo B. Yudhoyono dalam pertemuan G-20 Summit di Kopenhagen, tahun 2010, menyatakan Indonesia akan mengurangi level emisi CO2 pada tahun 2020 sampai dengan 26% dari business as usual, tanpa bantuan luar negeri. Dan bahkan akan mengurangi sampai 41 persen dengan bantuan internasional, “ kata Marzan. •URIP HERDIMAN KAMBALI

 

Share this post