Saatnya Research & Development Pertamina Jadi Lokomotif Perseroan

Saatnya Research & Development Pertamina Jadi Lokomotif Perseroan

RND_PENLABJAKARTA – Mengawali bulan September, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto melakukan Management Walkthrough (MWT) ke Fungsi Research and Development (R&D) Direktorat Pengolahan Pertamina di daerah Pulo­­gadung, Jakarta Timur, pada Rabu (2/9). Didampingi oleh Direktur Pengolahan Rachmad Hardadi  dan Vice President Research & Development Eko Wahyu Laksmono, Dwi menyam­paikan arahan serta mengun­jungi beberapa laboratorium di lokasi kerja R&D untuk melihat bagaimana pera­latan dan mesin bekerja menemukan dan mengolah inovasi-inovasi R&D, seperti Smooth fluid, SPM-2, Alkiliat, Katalis, Algae to Fuel, Solar-Emulsi,  Bio-Diesel dan lain-lain.

 

Dwi Soetjipto berharap, R&D Pertamina dapat tampil di garda terdepan dalam hal inovasi. “Ke depan kalau orang dengar Pertamina, harusnya yang terbayang adalah Center of Research yang kuat,” tukasnya.

 

Dwi juga mengapresiasi Visi dan Misi R&D sebagai lokomotif perusahaan yang strategis dan inovatif fokus di bidang energi kelas dunia sebagai tujuan yang harus dipahami dan dimasukkan ke dalam darah setiap insan di R&D. “Memang itulah tu­gasnya Litbang (R&D), loko­motif ke depan. Bila Lit­bang kita sehat maka arah Pertamina ke depan akan le­bih secure,” jelas Dwi.

 

Sementara Direktur Pe­ngolahan Rachmad Har­dadi juga menekankan penting­nya R&D Pertamina menjadi “Driver” proses bisnis peru­sahaan melalui inovasi-inovasi yang diciptakan. “R&D ingin bukan hanya bermanfaat bagi Direktorat Pengolahan namun juga Direktorat-Direk­torat yang lain,” tambah Rach­mad Hardadi.

 

Dalam MWT kali ini, pe­nelitian terbaru R&D berupa pengolahan Algae menjadi se­jenis bahan bakar Diesel merupakan salah satu sorotan utama. Dalam penelitian ini, Tim R&D berhasil mengolah Micro Algae, untuk dipanen, diekstrak, dan diolah se­demikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai sejenis fraksi diesel yang berkeunggulan low sulphur serta memiliki biaya produksi yang rendah karena hanya memerlukan perairan yang luas dan bibit Alga untuk di­budidayakan.•ASF

Share this post