Jakarta – Vice President ISC Pertamina Daniel Purba, dalam konferensi pers di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, pada Selasa, (17/2), menyatakan Pertamina sukses melakukan penghematan usai memangkas kewenangan PT Pertamina Energy Trading Limited (Petral) soal jual beli minyak impor.
Seperti diketahui kini kewenangan pengadaan minyak mentah dan ekspor minyak mentah maupun hasil kilang diberikan kepada Fungsi ISC. Beralihnya wewenang ini menjadikan Pertamina sanggup memangkas 2 hingga 3 mata rantai impor. “Dengan adanya revitalisasi fungsi ISC maka pengadaan ataupun ekspor minyak mentah bisa lebih singkat mata rantainya,” jelas Daniel.
Daniel menyebutkan terjadi peningkatan fleksibilitas dan utilisasi armada transportasi yang dimiliki Pertamina. Contohnya, pada pengangkutan LPG dengan kapal yang bisa menghemat 2,3 juta dolar AS per pengapalan dengan pola Free on Board (FOB).
Didampingi jajaran lengkap Direksi Pertamina, Daniel menuturkan, selama 1,5 bulan revitalisasi, banyak yang memberikan reaksi positif, baik dari mitra maupun major oil company dan trading yang antusias berinteraksi dan melakukan bisnis dengan Pertamina.
ISC mulai melakukan tender pengadaan minyak mentah pada 22 Januari 2015, untuk pemenuhan kebutuhan hingga April 2015. Ada dua tender yang dilakukan oleh ISC, yakni pengadaan minyak mentah medium crude oil sebanyak 2 x 600 juta barel dan heavy crude oil sebanyak 2 x 950 juta barel. Penawaran ditutup pada 27 Januari 2015.
Dalam tender ini, sebanyak 62 perusahaan mitra dari berbagai negara seperti diundang. Mereka terdiri dari 20 perusahaan migas nasional, 15 perusahaan mitra usaha, dan 27 perusahaan trader. Tender tersebut diputuskan diberikan kepada dua perusahaan, yakni Vitol yang memasok medium crude oil dan perusahaan migas nasional Alzerbaijan, yang memasok heavy crude oil.
Tender berikutnya, kata Daniel yaitu pengadaan pertamax unduk kebutuhan 2015. Tender ini dimulai pada 28 Januari 2015 dan ditutup tanggal 30 Januari 2015 untuk kebutuhan Februari 2015 yang sebanyak 140 juta barel. Dalam tender ini, ada 107 perusahaan yang diundang untuk mengikuti tender tersebut. “Yang menang Unipex, yaitu anak usaha perusahaan migas Tiongkok, Sinopec, yang punya refinery,” ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, juga memaparkan lima isu kritis yang menjadi fokus manajemen Pertamina ke depan. Lima isu itu meliputi, pengembangan di sektor hulu, efisiensi di semua lini, mencakup empat area yang disasar yaitu pengadaan minyak pengolahan, distribusi dan logistik.
Ketiga, peningkatan kapasitas kilang. Pengembangan infrastruktur dan meningkatkan pemasaran tahun ini. kelima, yakni upaya Pertamina membidik struktur keuangan.
Dwi juga mengatakan bahwa demi efisiensi, Pertamina rela menunda pembangunan Pertamina Energy Tower, yang konstruksinya sudah dimulai sejak akhir 2013 lalu. Hal tersebut dilakukan untuk menfokuskan perusahaan berinvestasi terlebih dahulu di sektor hulu. Dwi memilih merevitalisasi dan membangun kilang, demi produksi minyak Pertamina agar bia memenuhi kebutuhan nasional.
Sementara itu, Direktur Keuangan Arief Budiman justru mengungkapkan bahwa hal tersebut juga dilakukan sebagai bentuk efisiensi keuangan perusahaan. Disebutkan bahwa perusahaan telah memangkas belanja modal sebanyak 7 miliar dolar AS. Capital expenditure (Capex) Pertamina terakhir ada di posisi 4,4 miliar dolar AS. “Investasi yang belum rasional dan tidak terlalu penting, seperti pembangunan tower akan kita potong terlebih dahulu,” kata Arief.•SAHRUL