JAKARTA - Pertamina menorehkan kinerja keuangan positif untuk periode semester 1 tahun 2019. Hal tersebut diungkapkan Direktur Keuangan Pertamina Pahala N. Mansury dalam acara media briefing di Lantai Ground Gedung Utama Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Senin (26/8).
Pahala menjelaskan bahwa laba bersih Pertamina pada semester I tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar US$ 660 juta atau Rp 9,4 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018, yakni US$ 311 juta atau sebesar Rp 4,4 triliun.
Hasil positif tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain menurunnya harga minyak mentah atau Indonesia Crude Price (ICP) pada semester I tahun 2019 ini sebesar USD 63 per barrel, dibandingkan pada sementer I tahun 2018 yakni USD 66 per barrel. Dengan menurunnya harga ICP tersebut, maka biaya operasional pun mengalami penurunan.
Selain itu, lanjut Pahala, upaya efisiensi juga turut berpengaruh terhadap meningkatnya laba bersih Pertamina.
Kinerja positif ini juga ditunjang dengan naiknya hasil produksi minyak mentah. Jika pada periode semester I tahun 2018 hasil produksi minyak mentah berjumlah 385 MBOPD, kini semester I 2019 naik menjadi 413 MBOPD. “Ini produksi minyak mentahnya saja, tidak termasuk gas. Pertumbuhan mencapai 7 persen per tahunnya,” ucapnya.
Terkait lifting minyak, sambungnya, juga memperoleh hasil yang baik. Dimana pada semester I tahun 2018, lifting minyak sejumlah 369 MBOPD, dan pada semester I tahun 2019 mencapai 341 MBOPED. Sementara dari volume penjualan di semester I tahun 2019 juga meningkat signifikan menjadi 42,46 juta kiloliter jika dibandingkan pada semester I tahun 2018 sebesar 41,7 juta kiloliter.
Pahala menambahkan, hasil positif juga ditunjukkan dengan meningkatnya cash flow operasi perusahaan yang mencapai US$ 1,57 miliar.
“Ini tentunya merupakan indikator penting yang menyebabkan kondisi kita bagus. Cash flow operasi kita juga meningkat dua kali lipat. Tahun lalu, pada semester pertama cashflow operasional sekitar US$ 750 juta. Tahun ini, cashflow operasional mencapai lebih dari US$ 1,5 miliar. Ini tentunya merupakan indikator positif buat kita,” ungkap Pahala.
Selain itu, laba bersih Pertamina di semester I 2019 mengalami pertumbuhan sekitar 112 persen dibanding periode yang sama 2018 lalu.
Hasil dari berbagai pencapaian tersebut juga ikut melambungkan nama Pertamina di dunia internasional. Hal tersebut terlihat dengan keberhasilan perusahan berada di ranking 175 Fortune Global 500.
“Pertamina merupakan satu-satunya perusahan Indonesia yang masuk dalam 500 besar perusahan dunia, dan kita masuk ranking 175. Kita berharap rangking ini terus bisa kita tingkatkan sampai tahun 2026 bisa sampai ranking 100. Mudah-mudahan Indonesia bisa bersaing di kancah perekonomian dunia,” pungkas Pahala.*STK