Pertamina serius kembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Dengan investasi sekitar 300 juta dolar AS, diyakini dapat membangkitkan listrik setara 120 MW.
JAKARTA – Setelah melakukan perjanjian awal pada 8 Oktober 2012 lalu dengan PT Godang Tua Jaya, PT Pertamina (Persero) makin memantapkan diri mengembangkan bisnis Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Kali ini, Pertamina juga menggandeng Solena Fuels Corporation sepakat untuk bekerjasama dalam mengembangkan PLTSa Bantargebang. Solena Fuels akan bertindak sebagai mitra penyedia teknologi dalam proyek yang berada Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPST) Bantargebang, Bekasi.
Signing Joint Development Agreement (JDA) dilakukan pada Jumat (1/3) di Jakarta, oleh Direktur Gas Pertamina Hari Karyuliarto, Executive VP Solena Yves Bannel dan Direktur PT Godang Tua Jaya Rekson Sitorus, yang disaksikan Dirut Pertamina.
Fokus kerja sama ini adalah membuat detil studi kelayakan untuk pemanfaatan sampah kota menjadi energi dengan teknologi terbaru berupa plasma gasifikasi. Teknologi tersebut diyakini mampu membangkitkan listrik setara 120 MW dengan input sampah 2000 ton per hari. Hal ini akan menjadi salah satu breakthrough teknologi yang bisa memecahkan permasalahan sampah kota dan sebagai jawaban atas krisis energi yang terjadi belakangan ini.
”Sampah memang menjadi problematika nasional. Karena itu, perlu dicari jalan keluar yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini. Pengembangan PLTSa menjadi solusi konstruktif karena selain dapat mengurangi masalah sampah nasional, kita juga bisa menghasilkan energi,” tegas Karen di hadapan wartawan media cetak dan elektronik nasional.
Pembangunan pembangkit listrik tenaga biomassa berbasis sampah berasal dari Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang. PLTSa ini diperkirakan akan memerlukan investasi sekitar 300 juta dolar AS dan memproduksi listrik pada 2015.
SVP Gas & Power Salis S. Aprilian dalam laporannya menyebutkan terjunnya Pertamina ke bisnis pembangkit sebagai konsekuensi perubahan visi dan misinya dari perusahaan minyak dan gas menjadi perusahaan energi. Dengan demikian bisa masuk dan menggarap bisnis pembangkit listrik. “Solena Fuels Corporation terpilih sebagai partner yang menyediakan teknologi setelah melalui proses due diligence,” jelas Salis. (UHK)