Bojonegoro - Pada Kamis (21/4), bertempat di Hotel Aston, Bojonegoro, PT Pertamina EP Cepu (PEPC) bersama Tim Proyek Banyu Urip (BU) EPC5 mengadakan sharing session yang bertajuk “Project Approach to Safety”. Acara diikuti oleh peserta dari pekerja HSE di lapangan/Bojonegoro, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), kontraktor, dan sub kontraktor. Acara ini digelar untuk lesson learned safety dari EPC5 proyek Banyu Urip.
Materi disampaikan oleh Zainul Bahri dari tim proyek BU EPC5, yang menjelaskan tentang garis besar dari safety, yaitu: alur safety, mulai dari prinsip keselamatan, sistem manajemen keselamatan, perilaku kepemimpinan, dan pengembangan budaya kerja selamat, implementasi safety di EPC5, hasil implementasi, dan kesimpulan.
Pada dasarnya tidak seorang pun yang ingin celaka, sehingga wajib memiliki prinsip bekerja dengan selamat dan sistem manajemen keselamatan yang diterapkan dalam perilaku bekerja oleh semua pekerja mulai dari pimpinan maupun bawahan, hingga mencapai hasil yang diinginkan.
Prinsip keselamatan merupakan pilar dari proses safety, menggunakan standar yang komprehensif, dan setiap proyek memiliki project safety plan dan risk management plan. Sedangkan dalam sistem manajemen keselamatan, meliputi ruang lingkup & tujuan, peran & tanggung jawab, proses & prosedur, verifikasi & pengukuran, dan umpan balik & pengembangan. Sementara budaya kerja selamat yang dapat dilakukan adalah site induction, pre-job meeting & JSA, observasi & intervensi, dan pemberdayaan pekerja.
Implementasi safety di EPC5 proyek Banyu Urip berpedoman pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lindungan Lingkungan (K3LL)/HSE. Yaitu, kepemimpinan, komitmen, dan komunikasi; kebijakan dan strategi untuk mencapai tujuan; organisasi, tanggung jawab, sumber daya, dan pelatihan; perencanaan; penilaian resiko dan manajemen risiko; penerapan dan pengawasan; audit dan evaluasi; serta tinjauan manajemen. Masing-masing dijelaskan secara rinci oleh pembicara bagaimana hal tersebut diterapkan pada EPC5.
Sebagai contoh aspek kepemimpinan adalah melakukan management walkthrough & weekly patrol; pada aspek komunikasi adalah mengadakan meeting berkala melalui organisasi komite keselamatan, daily toolbox, general safety talk, pemasangan sign & barricade, dan lain-lain.
Sementara untuk aspek komitmen adalah pemberian penghargaan HSE berupa hadiah dan apresiasi yang diberikan kepada pekerja yang sangat peduli terhadap K3LL. Demikian sebaliknya, bagi yang melanggar peraturan HSE akan mendapatkan sanksi dari pihak manajemen.
Contoh pada aspek pelatihan & kompetensi, antara lain mengadakan safety champion training, pelatihan kepemimpinan untuk supervisor, on class training, on the spot refresh training, dan external training. Untuk aspek perencanaan, membuat jadwal dan program untuk aktifitas HSE.
Pada aspek penilaian resiko dan manajemen resiko adalah melakukan penilaian risiko dan pelatihan situasi darurat dengan beberapa skenario. Penerapan pada aspek pengawasan, antara lain: membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan tentang pencapaian program K3LL. Sedangkan untuk aspek audit dan evaluasi, adalah melakukan audit K3LL masing-masing sub kontraktor dan melakukan evaluasi dari penilaian audit di lapangan setiap subkontraktor terhadap pelaksanaan program K3LL.
Terakhir, pada aspek tinjauan manajemen, membuat dan me-review laporan K3LL dan menentukan tindakan apa yang akan direncanakan sebagai tindakan perbaikan yang berkaitan dengan K3LL.
Implementasi safety di EPC5 membuahkan hasil dengan diperolehnya 6.776.186 hours zero accident dari Gubernur Jawa Timur dan 9.000.000 hours zero accident dari Project Manager EMCL EPC5. HSE statistik sampai Maret 2015 adalah 18.034.294 total project man hours dan 9.226.171 safe man hours without LTI.
Kesimpulan yang bisa diambil dari lesson learned ini adalah komitmen kuat dari manajemen yang dikomunikasikan secara efektif dengan proses penyempurnaan terus menerus, menjadi kunci utama keberhasilan pencapaian tujuan safety. Sehingga semua orang yang bekerja di proyek, dapat kembali ke rumah dengan kondisi selamat.•PEPC