JAKARTA - “Kalau Anda semua memahami, demografi pekerja Pertamina ini seperti pelana kuda. Kalau kita ingin menjadi world class company, tidak bisa demografinya seperti ini. Apalagi kita mau menjadi world class company dalam waktu 10 tahun ke depan. Artinya, tinggal 10 tahun lagi, bukannya masih 10 tahun lagi.”
Demikian penegasan yang dikatakan Direktur SDM & Umum Pertamina Dwi Wahyu Daryoto ketika membuka Sosialisasi Human Capital Development Direktorat Pengolahan, di Lantai M Gedung Utama, Rabu (4/3).
Hadir pula dalam sosialisasi tersebut Direktur Pengolahan Rachmad Hardadi, SVP Business Development Iriawan Yulianto, dan jajaran manajemen Pengolahan lainnya. Sementara dari fungsi HRD hadir SVP HRD Insan Purwarisya L. Tobing, VP People Management Yudo Irianto, dan Leadership & People Develeopment Manager Gustini Raswati. .
Menurut Dwi Wahyu, alternatifnya hanya ada dua saja. Satu, lateral recruitment. Kedua, ialah akselerasi program. “Karena untuk mengisi pelana yang tengah ini, mau tidak mau harus ada program percepatan,” tegas Dwi.
Dwi juga menyatakan bahwa program ini berlaku untuk 3 – 5 tahun ke depan. Karena itu jangan melihatnya hanya dalam jangka waktu satu tahun saja.
Sementara Direktur Pengolahan Rachmad Hardadi menegaskan, di dalam perubahan, tidak akan ada yang dirasakan nyaman. Rachmad mengakui kekosongan pekerja ada di level menengah, sementara di atas dan bawah bertumpuk.
Rachmad mengakui hal ini bisa terjadi karena akibat dari kebijakan stop recruitment yang diberlakukan tahun 1991 – 2001. Ia mengatakan kalau ingin menempuh jalan pintas, bisa saja dilakukan dengan merekrut pekerja dari luar. Namun ia tidak ingin menempuh cara itu. Menurutnya lebih baik menempatkan 300 engineer muda yang ada di Kantor Pusat ke unit-unit Pengolahan di daerah. Dan hal itu akan dilakukannnya per 1 April 2015. Usai arahan dari Direktur Pengoalahn, dilanjutkan dengan pemaparan dari VP People Management Yudo Irianto dan Leadership & People Development Manager Gustini.•URIP