Strategi Pertamina Hadapi Dunia Digital

Strategi Pertamina Hadapi Dunia Digital

1-CEO Talk _resizePertumbuhan dunia digital memang tidak bisa ditampik lagi. Dibutuhkan strategi khusus untuk menghadapi berkembangnya teknologi dan perubahan karakteristik masyarakat. Termasuk bagi Pertamina, yang hampir berusia 60 tahun, perusahaan ini mau tidak mau harus berhadapan dengan perubahan teknologi dan beragam disruption alias “gangguan”.

 

YOGYAKARTA -  Hal tersebut dikata­kan Direktur Utama Pertamina Massa Manik saat  menjadi salah satu pembicara dalam The 9th Indonesia HR Summit (IHRS) 2017, pada Selasa (12/9/2017), di Yogyakarta. Ia menuturkan bahwa HR Pertamina harus bisa bertransformasi di tengah perkembangan dunia teknologi dan digital saat ini.

 

“Dalam dunia digital ini, Human Resources dan Human Capital Pertamina harus bisa bertransformasi. Apa yang saya presentasikan hari ini adalah langkah-langkah menuju ke sana. Misalnya, tahun depan kita harus selesaikan sosialisasi digital teknologi kepada seluruh karyawan sehingga mereka itu siap dan memahami apa saja manfaat yang didapat ketika kita mengadopsi suatu teknologi. Salah satunya adalah penggunaan big data. Saya  berharap ke depannya success rate kita bisa lebih tinggi,” kata Massa.

 

Dalam acara yang bertema HR Modernization: Leveraging Technology Advancement to Em­brace Future of Work ini, Massa juga menjelaskan bahwa teknologi ke depannya dapat mendorong efisiensi perusahaan migas yang memiliki sifat high capital dan high risk,  termasuk dalam mempermudah pekerjaan divisi SDM.

 

“Untuk industri energi yang bersifat high risk dan high capital intention ini, kita sangat membutuhkan teknologi digital. Sehingga kita bisa menurunkan segala risiko dengan akurasi teknologi, dan bisa saving cost. Tiap persentase yang kita saving akan berdampak luar biasa terhadap finansial kita,” tutur Massa.

 

Sementara dalam menghadapi kondisi dunia yang VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, & Ambiguous) ini, Massa menegaskan, kepemimpinan menjadi kunci penting dalam mengubah behaviour pekerja untuk dapat ber­adaptasi dengan teknologi yang serba digital.

 

“Perkembangan digital ini mengubah perilaku dan cara kerja kita, bahkan budaya kerja kita. Agar bisa beradaptasi dan mengubah budaya, harus dimulai dari pucuk manajemen,” kata Massa.

 

Tak hanya itu, Massa menuturkan, dengan 56% pekerja Pertamina masih berumur di bawah 36 tahun, ini menjadi tantangan bagi perusahaan. Pekerja senior perlu diberikan training untuk dapat memahami dan membina ka­rakter milenial pekerja muda saat ini, yang menurutnya, motivated by meaning, challenge oriented, terbuka, banyak bertanya dan ingin dekat dengan bosnya.

 

“Ini leadership sekarang. You need to agile, you need collaboration. Pekerja muda butuh dirangkul. Mereka memiliki kecerdasan dan pengetahuan plus alias lebih lima tahun, namun kedewasaannya minus lima tahun,” ujarnya.

 

Karena itu, ia sering meminta kepada  jajaran manajemen di bawahnya ketika  rapat direksi  untuk membawa pekerja muda  su­paya inovasinya terus berlanjut,” kata Massa. Ajang 9th IHRS 2017 yang berlangsung selama dua hari Senin-Selasa 11-12 September di Hotel Tentrem Yogyakarta kali ini diselenggarakan oleh kerja sama SKK Migas, Pertamina EP, dan BP Asia, dan diikuti oleh ratusan insan HR dari berbagai latar belakang perusahaan nasional maupun internasional.

 

Sebelumnya di hari yang sama, Massa Manik juga berbicara di hadapan mahasiswa Universitas Gadjah Mada dalam acara  CfDS CEO Talk tentang pengaruh perkembangan teknologi digital yang sering disebut Revolusi Industri 4.0 terhadap industri energi di Indonesia.•Starfy

Share this post