Strategi Tambun Field Pertahankan Produksi

Strategi Tambun Field Pertahankan Produksi

20-Foto 2 Tambun FieldJakarta – Tidak ada kata henti bagi PT Pertamina (Persero) untuk terus berproduksi. Meski masih tertekan oleh rendahnya harga minyak dunia, perusahaan energy andalan Bangsa ini tetap giat berjibaku baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini dilakukan dalam rangka memenuhi tanggung jawab menjaga pasokan dan ketahanan energy nasional di segala cuaca. Ketika industri hulu minyak dan gas bumi (migas) sedang lesu akibat harga crude yang tak kunjung membaik, Pertamina tetap gencar mengejar target produksinya. Realisasi kebijakan tersebut tercermin dari berbagai skenario produksi yang dilakukan anak-anak perusahaan hulu Pertamina (APH), salah satunya adalah PT Pertamina EP (PEP).

 

Meski, sebagian besar lapangan PEP merupakan ladang tua, tetapi nyatanya hingga kini PEP masih menjadi tumpuan dalam pencapaian produksi. Hal dimaksud dapat terwujud, berkat kegigihan segenap jajaran PEP dalam mencari alternatif terobosan, inovasi, dan penghematan pada setiap level operasi di lapangan. Langkah-langkah demikian mengalir dalam kiprah keseharian, baik terkait dengan kebijakan investasi maupun keputusan eksekusi setiap program operasi. Strategi yang dirancang, tentu selalu bertumpu pada koridor cost effective and efficient, sesuai arahan Direktur Hulu, Syamsu Alam yang disampaikan pada berbagai kesempatan. Di atara asset-asset produksi PEP yang terus mengasah diri untuk berkontribusi adalah PEP Asset 3 Tambun Field. Wilayah kerja (WK) penambangan migas yang merupakan tetangga sebelah timur ibukota RI, ini berlokasi di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. WK tersebut, hingga akhir 2016 telah memproduksikan minyak rata-rata sebanyak 2.294 barel minyak per hari (BOPD) dan gas sebesar 29,04 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD).

 

Abdullah, Tambun Field Manager mengatakan, di tengah keterbatasan ruang gerak karena kebijakan efisiensi di segala lini, baik untuk investasi maupun dalam implementasi operasi, management Tambun Field berupaya untuk mempertahankan produksi dengan maintenance sumur secara terukur dan lebih terencana. Beberapa strategi yang dilakukan, utamanya dimaksudkan untuk menahan decline rate sumur-sumur eksisting agar slopenya tidak menukik tajam. Metode yang diterapkan antara lain meliputi, water shut off pada sumur-sumur produksi di struktur Tambun yang memiliki kadar air tinggi, serta melakukan optimalisasi lifting dengan mengganti ESP (electrical submergible pump) kapasitas lebih besar di sumur yang masih memiliki potensi besar. Selanjutnya, melakukan stimulasi pengasaman (acidizing) di beberapa sumur dengan kadar air rendah namun memiliki influx yang juga rendah. “Selain itu, optimalisasi produksi juga kami lakukan pada Project Pondok Makmur yang tanggung jawab pengelolaannya telah diserahkan kepada kami beberapa waktu lalu,” jelas Abdullah, mengurai strategi jajarannya.

 

Lebih jauh Abdullah menjabarkan, terkait semangat efisiensi dan efektivitas operasi produksi, management Tambun Field melakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan revenue perusahaan, di antaranya dengan memacu lifting gas lebih banyak. “Hal ini sejalan dengan strategi Direktorat Hulu untuk memaksimalkan gas baik dari segi harga ataupun dari segi distribusi. Tentunya dengan tidak meninggalkan kaidah good reservoir management,” imbuh Abdullah. Upaya lain adalah dengan memaksimalkan utilisasi asset eksisting untuk menggantikan unit-unit sewa seperti pompa bekas Muara Tawar yang direlokasi ke RDL, ataupun beberapa pressure vessel idle yang diberdayakan kembali di lapangan Pondok Tengah (PDT). Di samping itu, menjaga kehandalan performa kapasitas masing-masing aset tersebut juga penting dilakuan guna mengurangi biaya sewa alat produksi. Kemudian seluruh kontrak diarahkan ke performance based untuk menjaga tingkat anggaran biaya operasi (ABO) sehingga seluruh biaya yang dikeluarkan bisa disesuaikan dengan manfaat yang diterima perusahaan.

 

Selain menjaga komitmen untuk mempertahankan kinerja produksi, management Tambun Field juga tidak abai dalam menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility (CSR) yang sudah menjadi kebijakan umum korporasi selaku corporate citizenship. Melalui program CSR, itu manajemen Tambun Field merancang berbagai kegiatan, sebagai upaya pemberdayaan komunitas, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan warga sekitar. Contohnya, program pengolahan produk olahan ikan bandeng. Kelomok usaha bernama C73 merupakan kelompok binaan PT Pertamina EP Asset 3 Tambun Field yang bergerak dibidang pengolahan ikan bandeng. Kelompok C73 ini berlokasi di Desa Tambaksari, Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang, sebagai wilayah kedua terbesar penghasil ikan di Jawa Barat.

 

Menurut Abdullah, di samping pengolahan ikan bandeng, Tambun Field juga membuka potensi untuk pengembangan program pertanian sayuran organic dan tanaman obat keluarga. Luasnya lahan kosong sekitar area wilayah operasi kantor PEP Tambun Field cocok untuk program tersebut. Hal itu, terpicu oleh fakta animo pasar yang terus tumbuh terhadap tingkat konsumsi sayuran organic dan tingginya permintaan obat-obatan herbal di tengah masyarakat.

 

Program pemberdayaan dan pendampingan pengembangan budidaya tanaman sayuran organik serta tanaman obat keluarga, tersebut dilakukan di beberapa desa di Kabupaten Bekasi, di antaranya: Desa Kedung Jaya, Desa Bunibakti, Desa Hurip Jaya, Desa Segarajaya, dan Desa Samuderajaya. “Program pemberdayaan yang kami lakukan adalah berupa pendampingan dalam pelaksanaan kegiatan pertanian, pelatihan pertanian, bantuan bibit dan media tanam, bantuan pemasaran, serta bantuan pendampingan lainnya,” pungkas Abdullah menutup perbincangan.•

Share this post