JAKARTA - Pada 3 Mei 2016, dilakukan presentasi akhir Studi Regional Cekungan Tarakan yang dihadiri oleh Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam, SVP Exploration Pertamina Doddy Priambodo, SVP Upstream Strategic Planning & Operation Evaluation Pertamina Meidawati, President Director PEP Rony Gunawan, Direktur Development PHE Bambang Manumayoso dan Direktur Eksplorasi PHE Rudy Ryacudu selaku Project Leader Studi Regional Cekungan Tarakan.
Studi regional yang sudah dimulai sejak Maret 2015 ini dilakukan secara internal, dengan melibatkan para geoscientist Pertamina yang ada di Fungsi Eksplorasi Direktorat Hulu, UTC, PHE beserta AP PHE dan PEP. Selama setahun studi ini berjalan, dilakukan beberapa kali pertemuan, mulai dari kick off studi pada Maret 2015, dilanjutkan dengan pertemuan bulanan untuk evaluasi atau progress report, dan terakhir presentasi final di hadapan Direktur Hulu.
Cekungan Tarakan merupakan cekungan yang sudah terbukti menghasilkan hidrokarbon, ditunjukkan dengan banyaknya lapangan migas yang ada di area ini. Meskipun demikian, karakteristik cekungan ini belum dipahami sepenuhnya oleh para geoscientist, sebab sampai saat ini belum ada konsep geologi regional di Cekungan Tarakan yang komprehensif dan terintegrasi. Di dalam industri hulu migas, pembelajaran mengenai cekungan ini penting sebagai kerangka berpikir bagi para geoscientist untuk menemukan cadangan migas. Setiap cekungan memiliki karakteristik yang unik.
Studi ini telah menghasilkan konsep eksplorasi yang terintegrasi baik “existing play” maupun “new play concept” di seluruh WK Pertamina : Simenggaris, Bunyu, Tarakan, Nunukan, Bukat dan Ambalat. Sejauh ini, diketahui cadangan (reserves) migas di Cekungan Tarakan sebesar 1,2 BBOE yang sudah di identifikasi dan sumber daya (resources) sebesar 1,9 BBOE dari 22 prospek dan 32 lead yang masih perlu dibuktikan. Dari studi ini, ditemukan potensi lainnya yang menarik untuk di eksplorasi, bukan hanya di Cekungan Tarakan, melainkan di sekitar wilayah Kalimantan Utara dan Indonesia bagian tengah pada umumnya.
“Kegiatan studi ini membuktikan bahwa para geoscientist Pertamina dapat melakukan studi secara mandiri, tanpa melibatkan konsultan. Pertamina mampu secara SDM. Kita mampu dan siap menghadapi tantangan untuk menemukan cadangan migas yang besar,” Direktur Hulu meyakinkan. Dengan melibatkan semua geoscientist Pertamina sebagai satu kesatuan, hasil studi diharapkan akan lebih menyeluruh. Ia juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada tim yang sudah bersemangat dan bisa, walaupun tentu banyak kendala yang dihadapi.
Studi ini diharapkan menjadi langkah awal untuk memulai studi regional berikutnya, untuk cekungan yang berbeda. Dengan demikian, diharapkan para geoscientist Pertamina dapat memiliki pemahaman yang lebih komprehensif tentang potensi eksplorasi di seluruh wilayah kerja migas Pertamina, demi keberlanjutan bisnis perusahaan ke depan.•PHE