PRABUMULIH – PT Pertamina EP (PEP) selalu berupaya meningkatkan produksi migas untuk mendukung ketahanan energi nasional. Salah satunya seperti yang dilakukan Pertamina EP Asset 2 Prabumulih Field yang sukses memproduksi gas sebesar 10 MMSCFD (Million Standard Cubic Feet per Day) atau setara 1.800 BOEPD (barel oil equivalent per day).
Prabumulih Field Manager Ndirga Andri Sisworo menjelaskan, angka yang fantastis dari sumur TDN-01 tersebut tidak didapat dengan mudah dalam hitungan hari. Pasalnya, sumur Tundan sudah dibor sejak tahun 1994, namun selama 25 tahun gas tersebut belum dapat dimonetisasi.
Perjalanan sumur TDN-01 dimulai pada bulan Agustus 2008 melalui kegiatan Put-On-Production (POP) untuk memproduksikan gas dari Tundan. Namun, pada Desember 2010 kegiatan POP tersebut dibatalkan karena nilai CO2 yang tinggi.
Namun tantangan tersebut tidak mematahkan semangat para pejuang energi untuk mencari solusi agar sumur Tundan bisa berproduksi. Pada Desember 2016, PEP Asset 2 melakukan welltesting ulang yang dilanjutkan dengan studi POD (Plan of Development), yaitu studi pengembangan lapangan secara menyeluruh, sehingga diperoleh evaluasi subsurface yang lebih baik dan memperlihatkan nilai cadangan yang semakin confident.
Persetujuan POD dikeluarkan pada 20 November 2017 dengan rencana onstream produksi berdasarkan POD pada Januari 2021. Pengeboran sumur TDN-01 (Tundan) dilakukan pada formasi karbonat Baturaja Formation (BRF), di Kelurahan Karang Jaya, Kecamatan Prabumulih Timur, Kota Prabumulih, Sumatera Selatan.
Setelah itu, dilakukan juga integrasi dan pemanfaatan fasilitas bersama dengan pengembangan lapangan Talang Jimar Barat sehingga nilai keekonomian menjadi semakin baik.
Akhirnya, pada 29 Februari 2020 gas dari struktur Tundan dapat diproduksi dan dimonetisasi. Dengan upaya percepatan dari tim Pertamina EP Asset 2, onstream produksi ini lebih cepat dari rencana awal POD yaitu pada Januari 2021. Produksi gas dikirim dari Sumur Tundan melalui pipa ke SKG-X PMB ke jalur sales Pagardewa.
Sumur Tundan tergolong unik. Memiliki CO2 yang tinggi (20%), proses produksinya diperlukan material yang tahan korosi mulai dari tubing dan kepala sumur, sampai dengan pipa produksi dari sumur ke SKG-X PMB.
Selain itu, harus dilakukan pencampuran dengan gas dari struktur lain di Asset 2 sehingga nilai CO2 blending tersebut masih masuk dalam spesifikasi pada perjanjian jual beli gas (PJBG) dengan konsumen.
Commissioning/persiapan onstream produksi Tundan juga telah dilakukan pada 25-29 Februari 2020 lalu untuk memastikan tidak ada kendala operasi saat sumur diproduksikan ke SKG-X PMB dan Pagardewa serta nilai CO2 yang diterima konsumen masih sesuai dengan spesifikasi dalam PJBG. Kegiatan commissioning berjalan dengan lancar sesuai rencana.
Ndirga Andri Sisworo menyampaikan, tahun ini target produksi gas rata-rata Prabumulih Field adalah sebesar 152.38 MMSCFD. "Sebelum onstream Gas Tundan, rata-rata produksi gas sebesar 140.43 MMSCFD. Sekarang dengan onstream gas Tundan, produksi rata-rata saat ini (hingga Maret 2020) naik menjadi 150.82 MMSCFD. Pencapaian produksi gas Prabumulih Field diproyeksikan sampai akhir tahun 2020 mencapai target 100%," tuturnya.
Sementara itu, Asset 2 General Manager A. Pujianto berharap kesuksesan sumur Tundan ini diikuti suksesnya sumur-sumur yang lain sebagai upaya meningkatkan ketahanan energi nasional.
"Selain itu, meningkatnya produksi minyak dan gas turut menyumbang peningkatan DBH (Dana Bagi Hasil) migas yang akan dikembalikan oleh pemerintah ke daerah-daerah demi pembangunan Indonesia," jelas Pujianto.*PEP