Talkshow HSE Pertamina Gas Menuju World Class

Talkshow HSE Pertamina Gas Menuju World Class

15-pertagasJAKARTA – PT Perta­mi­­na Gas (Pertagas) me­nyelenggarakan HSE Talk­show pada penu­tupan Bu­lan K3, (10/3), di Kan­tor Per­tagas, Jakarta. Dengan mengu­sung tema “Me­nuju HSE Excellence Mendukung Kemandirian Energi Untuk Indonesia Mendunia”, acara yang dimoderatori oleh Corporate Secretary Pertagas Adiatma Sardjito tersebut menampilkan narasumber Direk­tur SDM & Umum PT Pertamina (Per­sero) Dwi Wahyu Daryoto, President Director Pertagas Hendra Jaya, World Sa­fety Organization (WSO) Representative for Indonesia Soehatman Ramli, Guru Besar UI Fatma Lestari dan Staf Ahli Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Aussie B. Gautama.

 

Acara tersebut juga di-relay melalui video conference yang tersambung dengan pekerja di wilayah South Su­matra Area & Central Sumatra Area, East Java Area, West Java Area dan Kalimantan. Mengawali perbincangan

 

Adiatma sebagai mo­derator mengatakan, Pertagas sudah menjadi member dari World Safety Organization dan sebagai perusahaan pertama di Indonesia yang men­­jadi member tersebut.Hal ini menjadi peluang serta komitmen Direksi begitu kuat terhadap persoalan safety.

 

President Director Per­tagas Hendra Jaya me­ne­gaskan, pihaknya mem­per­kenalkan sebuah ma­na­gement system un­tuk mencapai visi misi peru­sahaan. “Sistem tersebut, yaitu PEGASSUS (Pertamina Gas Sustainability System)yang terdiri dari  tujuh ele­men, yaitu Organisation, Leadership, Planning, Support, Operational Control, Per­formance Evaluation, dan Improvement.

 

Sementara Direktur SDM & Umum Pertamina Dwi Wahyu Daryoto menegaskan, Pertagas bisa menyontoh dari  ke­suksesan PT Badak LNG dengan ikon BSMART. “Dengan ma­na­gement sys­tem BSMART yang diterapkan dengan maksimal, menjadikan PT Badak LNG  mempunyai level nilai tertinggi di dunia, bu­kan cuma di Indonesia,” tegasnya.

 

Sedangkan Staf Ahli Di­rektur Utama Pertamina Aussie B. Gautama, ber­ha­rap ke depannya Perta­gas memiliki level ISRS (In­­ternational Safety Rating Systems)  setingkat PT Badak LNG, yaitu level ISRS 8. “Mari tunjukkan kemampuan maksimal kita,” ajak Aussie.

 

Dalam kesempatan yang sama, World Sa­fety Organization (WSO) Re­pre­sentative for Indonesia Soe­hatman Ramli  menyam­paikan, negara dengan stan­dar safety rendah banjir produk murah dan tidak aman.  “ Jika produk Indonesia berstandar safety rendah, otomatis sulit masuk ke pasar global serta ancaman bahaya produk tidak aman akan meningkat. Hal ini berdampak, SDM dalam negeri dianggap tidak berkualitas sehingga SDM K3 dari luar masuk pasar dunia kerja dalam negeri. Tentu hal ini tidak kita inginkan,” tegasnya. 

 

Hal tersebut disepakati Fatma Lestari. “Ada beberapa hal yang menjadi tantangan penerapan budaya K3 di In­donesia. Di antaranya,  ma­sih rendahnya kesadaran se­bagian besar masyarakat Indonesia terhadap K3, kecelakaan merupakan na­sib buruk dan musibah, ki­­nerja keuangan vs ki­nerja K3, orientasi pada pro­duksi, belum diimplementasikannya se­cara konsisten sesuai pera­turan  K3, pertimbangan efi­­siensi waktu dan hemat bia­ya lebih dikedepankan dari­pa­da pertimbangan aspek K3,  serta K3 belum merupakan tanggung jawab bersama. Inilah yang harus dibenahi,” tegasnya.

Pada acara itu juga di­umumkan tiga penghargaan yaitu Sistem Pelaporan & Komunikasi HSE Terbaik Kategori Area diraih oleh Pertamina Gas East Java Area (EJA), Sistem Pelaporan & Komunikasi HSE Terbaik Kategori Anak Perusahaan adalah PT Pertagas Niaga, serta Sistem Pelaporan & Komunikasi HSE Terbaik Kategori Project adalah Proyek Transmisi Gas Gresik Semarang.•ADITYO

 

Share this post