TAMBUN - Tuah jawara PT Pertamina EP (PEP) dalam mengelola ladang minyak dan gas bumi (migas) tidak perlu diragukan. Berdiri sejak 2005 lalu, anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang bergerak dalam bidang bisnis hulu migas, ini produksinya masih memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam menunjang pemenuhan kebutuhan energi anak negeri. Rajutan profesionalisme, kompetensi, dan pengalaman mengelola ladang-ladang migas dalam negeri, membuat PEP berhasil mempertahankan capaian produksi pada 2017 lalu sebanyak 253 ribu barel setara minyak perhari (BOEPD). “Dibutuhkan kreativitas dan upaya-upaya khusus untuk mencapai angka tersebut, mengingat sebagian besar asset produksi dan fasilitas yang ada termasuk dalam kategori mature,” ucap Nanang Abdul Manaf, Presiden Direktur PEP.
Menurut Nanang, meskipun harus menghadapi berbagai tantangan, terutama menyangkut masalah teknologi dan finansial karena belum pulihnya harga minyak dunia, aset-aset produksi PEP terus menjaga irama kerja. Hal ini, bermuara pada langkah-langkah dan upaya pencapaian produksi tetap terjaga. Contohnya, upaya yang dilakukan PEP Asset 3 Tambun Field, Kabupaten Bekasi (Jawa Barat). Lapangan migas yang berlokasi di wilayah serambi timur ibu kota, ini pada 2017 lalu berhasil membukukan produksi 1.813 barel minyak per hari (BOPD) atau 104 persen terhadap target RKAP sebesar 1.808 BOPD. Sementara produksi gas berada pada level 25,45 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), setara 102,6 persen dari target (24,80 MMSCFD).
Chaidir Ambiya Amin Tambun Field Manager menjelaskan strategi yang dijalankan manajemen Field Tambun untuk meraih target produksi adalah dengan mengimplementasikan SSOP (Sistem Sinergi Optimalisasi Produksi). SSOP dilakukan untuk menyusun rencana terintegrasi antara potensi subsurface, kemampuan surface facility serta keekonomian yang meliputi semua fungsi. Hasil SSOP yang akan diimplementasikan meliputi usulan pengeboran sidetrack sumur PDM-02, stimulasi pengasaman sumur-sumur di Struktur Tambun, reaktivasi sumur-sumur di Struktur “MB” dan Struktur Pondok Makmur (PDM), serta konversi lifting gas lift sumur di Struktur Pondok Tengah (PDT).
Di samping itu, kinerja fasilitas produksi juga mengalami peningkatan seiring dilakukanya perbaikan dan modifikasi Gas Compressor Stasiun Pengumpul Pondok Tengah yang menggunakan inovasi extra cooler.
Kebijakan ini, mampu menaikkan angka reliability sampai 98,5% pada 2017 lalu. Inovasi dan penghematan lain yang patut dicatat adalah keberhasilan engineer Tambun Field dalam menemukan alternatif material untuk penanganan oil spil ramah lingkungan dari bahan organik. “Dengan inovasi ini, Tambun Field bisa memperoleh opportunity revenue sebesar Rp. 2,3 Miliar per tahun. Hasil karya rekan-rekan tersebut sukses mendapatkan predikat Platinum pada ajang APQ Award PT. Pertamina (Persero) 2018 beberapa waktu lalu,” jelas Chaidir.
Selanjutnya, untuk produksi 2018 Chaidir tidak mau menurunkan tempo dan etos kerja jajarannya. Berbagai program kerja sepanjang tahun ini dirancang demi mencapai target produksi migas yang telah ditetapkan dalam RKAP sebanyak 2.427 BOPD untuk minyak dan gas sebanyak 36,94 MMSCFD. Salah satunya adalah program pindah lapisan dari zona Batugamping di Mid Main Carbonate (MMC) ke lapisan batuan karbonat Formasi Baturaja (BRF) pada sumur-sumur di Struktur “MB” di kedalaman sekitar 4.200an ft. “Di samping itu, pada 2018/2019 kami merencanakan akan melakukan reaktivasi sumur, khsusnya pada empat sumur di Struktur PDM dan lima struktur lainnya di Struktur Tambun yang masih memiliki potensi yang terhitung ekonomis,” pungkas Chaidir menuntup perbincangan.•DIT. HULU