Tekan Subsidi, Ayo Bangun Negeri

Tekan Subsidi, Ayo Bangun Negeri

Adiatma _YLKIJakarta – Total subsidi energi selama 9 tahun terakhir tercatat mencapai Rp1476,21 triliun. Angka itu  seharusnya dapat digunakan untuk mem­bangun berbagai infrastruktur untuk ekonomi Indonesia yang lebih baik, salah satunya seperti pembangunan kilang-kilang baru, perbaikan jalur dan sarana transportasi.

 

Hal tersebut disampaikan oleh Media Manajer Perta­mina Adiatma Sardjito, dalam acara bertajuk “Forum Dialog, Memperkuat Rasa Nasionalisme Konsumen di Era Globalisasi dan Pola Konsumsi Berkelanjutan,” yang digelar oleh YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia), di Hotel Cempaka, Jakarta, Sabtu (12/4).

 

Dalam acara yang di­ha­diri oleh para peserta yang notabene adalah konsumen In­donesia, Adiatma Sardjito menjadi pembicara, bersama Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, dan Dyna Herlina  Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta.

 

Lebih lanjut Adiatma mengatakan, nilai nominal subsidi yang digelontorkan oleh pemerintah untuk BBM dalam setahun mencapai Rp 300 triliun. Dana tersebut setara dengan pembangunan 66 unit international airport se­kelas Kualanamu.

 

“Kalau kita sadar, bahwa membeli Premium, sama dengan pemerintah memberi kita uang Rp 4.000, uang itu adalah APBN. Seharusnya uang itu bisa untuk dibangun infrastruktur, namun ini untuk subsidi BBM,”kata Adiatma.

 

Pembangunan berbagai infrastruktur bisa dilakukan seandainya masyarakat mau berdisiplin beralih ke transportasi massal. Jika ini terjadi maka, cita-cita pem­bangunan ekonomi Indonesia tidak mustahil akan terealisasi. Termasuk beberapa rencana pembangunan seperti pem­bangunan kilang-kilang baru, pembangunan ja­lur kereta super cepat Shin­kansen Sumatera Jawa, pembangunan Trans Suma­tera-Java Highway, dan Sunda-Bali Bridge.

 

Hal serupa juga disam­paikan oleh Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, yang menga­takan bahwa ma­syarakat Indonesia boros dan manja, dimana tergantung pada barang impor. “Sedikit-sedikit impor. Tahun ini 47 juta KL. Angka ini akan naik terus jika tidak dikendalikan.Oleh karenanya, kalau masih bisa naik kendaraan umum ya pilih itu saja. Lebih hemat,” kata Tulus.•SAHRUL

Share this post