Jakarta - Sebagai salah satu sumber energi, geothermal (panas bumi) sedang gencar dikembangkan di berbagai negara termasuk Indonesia yang dikenal sebagai negara berpotensi sumber panas bumi terbesar di dunia. Akselerasi pengembangan energi panas bumi adalah sebuah peluang sekaligus tantangan. Mendasarkan diri pada kondisi di atas, Universitas Indonesia menyelenggarakan InternationalWorskhsop on Geothermal Technology and Business, di Balairung UI (25-26/10) Depok, yang bertujuan untuk menyosialisasikan energi panas bumi kepada mahasiswa dan publik.
Direktur Utama PDSI Lelin Eprianto, yang tampil sebagai salah satu pembicara dalam workshop tersebut menyampaikan, faktor cost memang menjadi tantangan dalam mempercepat pengembangan energi panas bumi di Indonesia. Namun bagi PDSI tantangan tersebut depat disiasati melalui pemanfaatan teknologi walking rig dan top drive. Penggunaan teknologi yang tepat guna dapat menjadi solusi untuk mendorong suksesnya pengembangan industri panas bumi.
Lebih lanjut Lelin menjelaskan, dengan teknologi walking rig, pemindahan peralatan pengeboran yang tadinya memakan waktu hingga lima hari bisa dilakukan hanya dalam kurun waktu lima jam. “Logikanya, dengan teknologi yang cepat ini kita dapat menghemat biaya untuk investasi di pengembangan geothermal,” urai Lelin dalam workshop yang bertajuk Reducing Geothermal Business Risks by Enhancing Technology tersebut.
Pada diskusi panel sesi 2, selain Lelin, juga tampil sebagai pembicara Head of Magister Program of Geothermal Exploration Universitas Indonesia Dr. Eng. Yunus Daud, Msc, Dosen Program Magister Geothermal Engineering ITB Dr. Nenny Miryani Saptadji, dan Deputy of Information Technology, Energy, and Material BPPT Dr. Ir. Hammam Riza, M.Sc.
Selain itu, workshop juga menggelar presentasi teknikal berkaitan dengan topik geothermal education and HRD, geothermal exploration technology, geothermal production technology dan geothermal multiplier benefits.
Sebagai bentuk sosialisasi industri energi panas bumi, kegiatan ini juga menghadirkan pameran dari PDSI, universitas dan industri lainnya.•drbk2016