ARUN - Melalui salah satu anak perusahaannya, yaitu PT Perta Arun Gas (PAG), PT Pertamina Gas (Pertagas) mengelola infrastruktur penerimaan dan regasifikasi LNG di Arun, Lhokseumawe, Aceh. Sebelumnya fasilitas inilah yang mengubah gas bumi menjadi LNG untuk kemudian diekspor ke berbagai negara, di antaranya Jepang dan Korea Selatan.
Seiring dengan menyusutnya pasokan dari ladang gas maka setelah 37 tahun beroperasi Kilang LNG Arun berhenti. Pada 15 Oktober 2014 kargo LNG terakhir diekspor. Sebagai penghasil devisa di Aceh berhentinya Kilang LNG Arun memiliki dampak besar pada perekonomian Aceh. Demi mengatasi hal tersebut pemerintah kemudian menginisiasi proyek revitalisasi Kilang Arun, dari Kilang Produksi LNG menjadi Terminal Penerimaan & Regasifikasi LNG. Hal ini pertama kali dilakukan di dunia.
Terminal Penerimaan & Regasifikasi LNG Arun kini beralih fungsi menjadi fasilitas pengubah LNG ke gas bumi yang terkoneksi dengan ruas pipa gas open access Arun-Belawan milik Pertagas. “Kini Terminal Regasifikasi LNG Arun mampu memenuhi pasokan gas untuk industri dan kelistrikan di Aceh dan Sumatera Utara,” ujar President Director PAG Teuku Khaidir, saat menerima kunjungan rombongan wartawan media nasional.
Meski volume regasifikasi LNG tidak sebesar volume produksi LNG kilang lama, namun saat ini Terminal Regasifikasi Arun mampu mengolah 405 MMSCFD LNG menjadi gas bumi. “Peran ini menjadi sangat penting, karena melalui pasokan gas Kilang Arun tetap hidup dan membawa dampak untuk kestabilan perekonomian Aceh,” lanjut Khaidir.
Ke depannya Terminal Regasifikasi LNG Arun akan terus dikembangkan. Saat ini ada tiga proyek yang berjalan bersamaan, yaitu revitalisasi terminal gas alam cair LNG Hub, pembangunan terminal kondensat dan tangki LPG. “Ketiga proyek tersebut akan onstream tahun depan,” ujar Khaidir optimis.•PERTAGAS