MAKASSAR – Setelah berhasil meraih penghargaan gold medal pada Inventor’s Club Georgia Special Award dan Silver Medal pada ajang Istanbul International Invention Fair (ISIF 2018) di Istanbul, Turki pada 27-29 September 2018 lalu, Tim Project Collaboration Improvement Gammara kali ini menggandeng petani nanas lokal untuk menghasil inovasi baru.
Tim yang digawangi oleh Kineker Saliring Prabowo, Ahmad Fauzi dan Iwan Setiawan dari Peryamina MOR VII tersebut berupaya memanfaatkan limbah daun nanas sebagai pengganti fiberglass berbahan nabati dan ramah lingkungan.
Fiberglass merupakan material yang menjadi komponen utama bodi kapal ringan, digunakan untuk memperbaiki kapal yang mengalami kebocoran. Hal ini cocok dengan kondisi laut Sulawesi yang berkarang yang sering menyebabkan fiber boat menjadi rusak. Padahal fiber boat ini fungsinya untuk mendukung proses sandar/lepas kapal.
"Daun nanas yang sudah layu dikumpulkan dan selanjutnya diolah kembali hingga menjadi serat daun nanas. Serat daun nanas inilah yang diproses menjadi bahan siap pakai atau patch sebagai pengganti bahan fiberglass untuk perbaikan kapal fiber yang rusak atau mengalami kebocoran," jelas Iwan Setiawan, salah satu anggota Tim Gammara.
Iwan memaparkan, patch serat daun nanas dikemas dalam bentuk paket bersama dengan resin dan katalis sebagai bahan campuran untuk perekatan.
"Penggunaannya pun sangat mudah, cukup dengan menuangkan cairan resin & katalis ke dalam kemasan patch yang berisi serat nanas lalu campurkan hingga rata. Setelah itu, patch tersebut dapat ditempelkan ke bagian yang bocor untuk selanjutnya didiamkan 2-3 jam hingga kering," imbuhnya.
Salah satu petani lokal di Luwuk, Sulawesi Tengah, Fatmawati Ade dengan lahan seluas 3.000 M2 bisa memperoleh rata-rata penghasilan sekali panen dari menjual daun nanas sebesar Rp 1.000.000 atau Rp 2.500 per kg. Jumlah tersebut meningkat drastis apabila pohon nanas sepenuhnya diganti setelah 3 kali panen.
GM Marketing Operation Region VII PT Pertamina (Persero), Werry Prayogi mengapresiasi upaya Tim Gammara. Menurutnya, inovasi ini berdampak positif terhadap penghematan biaya serta waktu perbaikan kapal di Pertamina.
“Melalui pembuatan dan penggunaan patch berbahan serat daun nanas, dapat menghemat biaya operasional senilai Rp 413 juta per tahun. Itu pun baru di Sulawesi saja," ungkap Werry.
Inovasi Tim PCP Gammara ini juga merupakan salah satu langkah Pertamina sebagai perusahaan energi nasional yang berwawasan global untuk menuju industri 4.0 yang menjadikan inovasi ramah lingkungan berbasis pemberdayaan masyarakat sebagai pondasi pengembangan perusahaan.*MOR VII