JAKARTA - “Ada ledakan jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia. Kita saat ini paling tinggi di Asia Tenggara,” kata Health & Medical Management Manager Ugan Gandar, pada penutupan Training of Trainer HIV/AIDS Workplace Programme pada Jumat (4/10).
Namun demikian, Ugan menyayangkan adanya salah persepsi dari masyarakat umum terhadap penderita HIV/AIDS, sehingga para penderita diasingkan. “Hal ini tidak benar. Menularnya virus itu tidak mudah. Tidak menular melalui kontak sosial biasa. Penularan hanya terjadi jika ada luka, dan kontak dengan darah, cairan sperma, serta ASI yang mengandung virus, “ tegas Ugan.
Ugan juga menyebutkan ada empat sektor yang harus diwaspadai. Yaitu, perkebunan, transportasi, pertambangan (termasuk migas), dan konstruksi. “Pertamina kan ada di sektor migas, yang merupakan bagian dari sektor pertambangan. Prevalensi HIV positif tertinggi saat ini di kalangan pekerja dan ibu rumah tangga. Oleh karena itu, harus menjadi perhatian untuk kita,” lanjutnya.
Dengan adanya TOT HIV/AIDS ini, diharapkan adanya pemahaman baru di masyarakat, khususnya di lingkungan kerja kita, untuk membantu penderita HIV/AIDS, dan tidak menjauhkannya. Sehingga diharapkan pekerja dan keluarga di lingkungan Pertamina tidak ragu untuk melakukan deteksi dini, dan segera mengakses fasilitas pengobatan, sehingga dapat tetap produktif.
Sementara Atim Sugiono dari fungsi HR RU IV Cilacap, salah satu peserta terbaik pada TOT ini, mengakui sebelumnya ia tidak mengetahui seluk beluk HIV/AIDS secara mendalam. “Ternyata setelah saya ikut workshop tiga hari ini, saya rasa seluruh pekerja Pertamina perlu tahu,” ungkapnya.
Atim pun siap untuk sharing berbagi pengetahuan kepada rekan-rekan kerjanya di Cilacap, selain kepada keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya. “Setelah selesai, saya akan berkoordinasi juga dengan teman-teman mengenai hal ini,” ujarnya. (URIP)