DUMAI – Sebagai upaya meningkatkan daya saing kilang serta mengoptimalkan potensi profit margin dan efisiensi di berbagai lini, PT Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) II Dumai kembali jalankan inovasi. Di tengah tingginya permintaan akan bahan bakar minyak khusus kapal yang berkualitas tinggi, kini Kilang Pertamina RU II berhasil memproduksi Marine Fuel Oil (MFO) dengan viskositas 180 centistoke (cSt) dengan kandungan sulfur yang rendah.
Launching produksi perdana MFO 180 cSt Low Sulphur ini dilaksanakan di halaman kantor Oil Movement Kilang RU II Dumai, Selasa (18/02) dan dipimpin langsung oleh Senior Manager Operation & Manufacturing (SMOM) Pertamina RU II Permono Avianto.
Ditemui di sela kegiatan Permono menyatakan inovasi ini merupakan salah satu wujud komitmen Pertamina, khususnya Refinery Unit II, dalam menjalankan inovasi dan efisiensi berkelanjutan. Inovasi ini sekaligus menjawab tantangan dari International Maritime Organization (IMO) yang menetapkan standar batasan kualitas sulfur baru untuk produk MFO pada tahun 2020 yakni tidak melebihi angka 0.5% dibandingkan batasan sebelumnya sebesar 4.5%.
Standar baru IMO ini kemudian dituangkan dalam Keputusan Dirjen Migas No. 0179.K/DJM.S/2019 yang menyatakan pemenuhan pembatasan kadar sulfur pada bahan bakar jenis MFO dimulai efektif sejak 1 Januari 2020.
“Kegiatan hari ini merupakan wujud syukur atas keberhasilan rekan-rekan di Pertamina RU II dalam memformulasikan produk MFO yang sudah sesuai dengan standar IMO. Hal ini juga sejalan dengan rencana kerja Pertamina di tahun 2020 yang termasuk di dalamnya inovasi terkait kehandalan kilang dan produk berkualitas tinggi," kata Permono.
Lebih lanjut mengenai keberhasilan produksi MFO 180 cSt Low Sulphur ini Permono menjelaskan pihaknya telah memulai persiapan produksi produk ini sejak Juli 2019. Serangkaian proses mulai simulasi tertulis, analisis laboratorium hingga percobaan lapangan telah dilaksanakan dan berbuah manis pada awal 2020 dengan diproduksinya MFO 180 cSt Low Sulphur yang telah sesuai dengan standar IMO.
Pada tahap awal, produk ini telah diproduksi dengan volume 30.000 barrel dengan potensi optimal hingga 200.000 barrel per batch produksi. Angka tersebut akan digunakan terlebih dahulu untuk kebutuhan bunker (pengisian bahan bakar cadangan) bagi kapal yang bersandar di jetty Pertamina RU II.
“Untuk tahap awal ini, MFO 180 cSt Low Sulphur yang kami produksi akan dijual untuk keperluan pengisian bahan bakar kapal yang bersandar di jetty kami. Ke depannya, tidak menutup kemungkinan produk MFO ini dapat menjadi salah satu komoditas yang kami jual untuk keperluan eksternal," jelas Permono.
Terkait dengan keuntungan diproduksinya produk MFO 180 cSt Low Sulphur ini Permono menambahkan di tengah tingginya harga jual bahan bakar jenis ini yang bisa terpaut hingga USD 19 dari bahan bakar jenis Solar, dalam kondisi optimal potensi profit yang dapat diperoleh mencapai angka USD 220 Juta per tahun.
Selain itu, keberadaan produk MFO 180 cSt Low Sulphur produksi Kilang RU II Dumai ini dapat menggantikan pasokan MFO untuk kebutuhan bunker di RU II Dumai yang selama ini disuplai dari RU IV Cilacap. Hal ini berdampak pula pada penurunan Jetty Occupancy dengan persentase hingga 7%.
“Sebagai kilang yang memasok hingga 20 % kebutuhan energi nasional, inovasi dan efisiensi serta tambahan profit se kecil apapun dapat berdampak besar bagi bisnis Pertamina. Kami mohon doa dan dukungan dari seluruh stakeholders dan masyarakat agar Pertamina dapat terus mengembangkan inovasi dan efisiensi serupa di masa mendatang," pungkas Permono.*RU II