Jakarta – PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) merealisasikan program implementasi Project Monitoring & Controlling System (PMCS) dalam upaya meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan 8 proyek yang dijalankan saat ini. Program tersebut merupakan bagian dari tugas sesuai Surat Perintah Dirut PGE No. Prin-955/PGE000/2013-S0 tanggal 8 November 2013, tentang Tim Implementasi Modul Enterprise Project Management (EPM) untuk mengurai permasalahan yang ada pada proyek di PGE. “Sasaran kerja awal kami adalah pembenahan data dan informasi kinerja fisik, serta finansial proyek yang sudah ada dalam sistem ERP yaitu MySAP,” ungkap Tedi Mulyana, Manager Project Planning & Controll PGE selaku ketua PMCS saat diwawancarai, pada (8/10).
Lebih lanjut, Tedi menjelaskan pembenahan data yang dilakukan dengan cara menstandarisasai WBS (Work Breakdown Structure) minimal sampai dengan level 3 yang selama ini hanya level 1, dan memigrasi data kinerja proyek ke dalam MySAP dari WBS lama ke WBS baru, baik untuk laporan ke manajemen maupun sebagai bahan evaluasi proyek. Untuk menjamin kelancaran opersional serta mengurangi resiko kegagalan, pelaksanaan migrasi data dilakukan secara dua tahap. Tahap pertama dilakukan di proyek Kamojng unit-5, Hululais unit-1 dan Sungai Penuh unit-1 pada 13 Oktober 2014. Sedangkan tahap kedua pada pertengahan November 2014, meliputi proyek Lahendong unit-5&6, Ulubelu unit-3&4, dan Lumut Balai unit- 1&4.
“Dengan adanya inisiatif pembangunan PMCS tersebut, kita dapat rasakan manfaatnya seperti mempermudah proses monitoring dan pengendalian proyek-proyek, mempermudah dan mempercepat proses kapitalisasi asset saat proyek selesai, mempermudah transfer ke modul PM (Plant Maintenance) pada MySAP saat peralihan dari proyek ke operasi, dan meningkatkan kualitas perencanaan untuk proyek berikutnya,” tambah Tedi dengan bangga.
Senada dengan Tedi, Manager IT PGE Ario Bintoro selaku wakil ketua project mengatakan inisiatif PMCS yang dijalankan sebetulnya dapat menjadi pilot project BTP Sistem Informasi Investasi (SII), saat ini dijalankan oleh Direktorat PIMR. Hal ini dikarenakan PMCS sifatnya bottom up, 8 proyek penanaman modal dari sekian banyak Investasi PT. Pertamina (Persero). “Jika di PIMR melihat sejauhmana penyerapan dan penggunaan investasi sampai dengan bentuk return selama tahap operasi atau produksi, maka di PGE informasi dari hasil monitoring kinerja finansial proyek digunakan sebagai bahan evaluasi dan pengendalian biaya proyek atau dalam hal ini biaya investasi,” tambah Ario.
Selain itu, penggunaan EVM (Earned Value Management) sebagai international standard project management tool, juga dapat lebih dimanfaatkan dengan data yang semakin valid serta fitur sudah tersedia di MySAP, meski selama ini belum dioptimalkan. Dengan memanfaatkan EVM, Manajemen dapat melihat kinerja proyek secara lebih akurat sehingga keputusan atau tindak lanjut yang diperlukan menjadi lebih tepat guna mengejar pencapaian 8 proyek pengembangan geothermal secara OTOBOS (On Time, On Budget dan On Specification). “Kalau project management system tersebut berhasil akan menjadi pilot project untuk Anak Perusahaan Hulu lainnya, karena PGE merupakan yang pertama mengembangkannya,” pungkas Tedi mengakhiri perbincangan.•DIt.HULU