Tingkatkan Kehandalan Jaringan Listrik Petik Pendapatan Rp 6 Miliar

Tingkatkan Kehandalan Jaringan Listrik Petik Pendapatan Rp 6 Miliar

Tranmisi T.TigaJakarta – Industri hulu minyak dan gas (migas) merupakan kegiatan usaha dengan kompleksitas sangat tinggi. Karena itu, dituntut kinerja dengan kualitas premium dalam berbagai bidang. Keunggulan sumberdaya teknologi merupakan salah satu kunci keberhasilan perusahaan migas dalam menekan biaya operasi serendah mungkin untuk meraih sasaran produksinya. Kerap target produksi meleset  disebabkan oleh kurang handalnya teknologi yang digunakan. Bermacam rupa hambatan teknis di lapangan yang disebabkan oleh fasilitas infrastruktur dan teknologi yang sudah uzur menjadi penyebab capaian produksi di luar sasaran, serta timbulnya pemborosan biaya operasi. Masalah tersebut, diperparah oleh kondisi pasar harga minyak dunia yang turun bebas lebih 50% sejak medio 2014 yang berdampak pada rekalkulasi semua program dan buget operasi.

 

Kondisi demikian dirasakan juga oleh Prabumulih Field, selaku penyumbang produksi migas terbesar di Pertamina EP (PEP) Asset 2. Management Prabumulih Field terpaksa melakukan berbagai penyesuaian dan efisiensi operasi melalui terobosan-terobosan yang kreatif di lapangan. “Dengan kondisi saat ini, inovasi menjadi andalan kami untuk survive. Para pekerja dituntut agar mampu memanfaatkan anggaran yang ada seefisien mungkin dengan hasil maksimal,” jelas  Syamsul Hadi, Assistant Manager Operation and Production, selaku Pjs. Field Manager Prabumulih (15/08 yll.).

 

Bak kata-kata bijak, dalam setiap kesulitan selalu timbul kreatifitas  untuk menyiasati dan merespon situasi. Maka walaupun dihadapkan pada kondisi sulit, tidak menyurutkan langkah pekerja Prabumulih Field untuk memberikan yang terbaik kepada perusahaan. Sejumlah inovasi dan terobosan operasi dikembangkan supaya langkah peningkatan produksi dengan biaya yang efisien tidak terkendala. Muaranya,  kontribusi pada penambahan revenue korporasi pun tetap signifikan. “Hingga akhir Semester I/2015, Prabumulih Field berhasil meraih laba bersih sebesar US$ 72 juta. Capaian ini menempatkan Prabumulih Field sebagai tulang punggung peraih untung PEP,” imbuh Syamsul menyiratkan rasa syukurnya.

 

Lebih jauh Syamsul menuturkan, sebelum badai krisis menerjang industri migas, timnya sudah konsen pada kegiatan pengembangan berbagai inovasi operasi dan teknologi tepat guna. Hal ini terbukti dengan dibentuknya kelompok-kelompok kerja khusus untuk menangani masalah-masalah operasi harian, yang dampaknya bisa menyebabkan penurunan produksi. Contohnya, masalah gangguan pada jaringan transmisi 15 kV Tanjung Tiga dan Ogan. Jaringan sepanjang 15.000 meter tersebut merupakan jalur utama pemasok listrik untuk kegiatan operasional lapangan Tanjung Tiga dan Ogan. Beban listrik yang ditanggung oleh jaringan tersebut sebesar 300 KW untuk masing-masing wilayah dengan rincian: 9 sumur produksi, 3 pompa transfer, penerangan di stasiun pengumpul (SP), dan perumahan komplek Tanjung Tiga. Sementara di wilayah Ogan konsumsi listrik digunakan untuk mengoperasikan 4 sumur produksi, 1 pompa WIP, serta penerangan SP.

 

Type kabel atau penghantar yang digunakan pada jaringan listrik tersebut adalah type AAAC (All Aluminum Alloy Conductor) 1 x 70 mm². Kabel ini merupakan penghantar tidak berbungkus atau telanjang. “Dengan type penghantar seperti ini sangat rentan terjadi gangguan ditambah kodisi sekitar adalah perkebunan karet dan hutan sehingga intensitas gangguan listrik akan sering terjadi. Hal ini, berdampak pada losses produksi yang cukup besar,” ucap Endang Setiawan, Electrical Technician Prabumulih Field. Karena itu, untuk menanggulangi masalah tersebut Endang membentuk kelompok kerja atau Gugus Kendali Mutu (GKM) Electric System yang bertanggung jawab dalam menanggulangi losses produksi, sekaligus meningkatkan kehandalan pasokan listrik pada Jaringan Tanjung Tiga dan Ogan.

 

Menurut Endang untuk menanggulangi permasalah tersebut GKM Electric System melakukan penggantian bahan atau material penghantar kabel non isolasi type AAAC dengan kabel berisolasi type AAAC-S (All Alumunium Alloy Conductor – Sheath) 1 x 70 mm2 20 kV. “Solusi sederhana ini berhasil menaikkan kehandalan pasokan listrik di jalur Tanjung Tiga dan Ogan sehingga tidak terjadi lagi gangguan pada sisi jalur utama SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah) 15 kV,” terang Endang. Dibutuhkan waktu kurang lebih selama setahun untuk menyelesaikan penggantian transmisi tersebut yaitu dari Juni 2013 hingga Mei 2014, dengan total value creation yang dihasilkan sekitar Rp6.208.224.000. Selanjutnya inovasi ini juga sedang dipelajari untuk diimplementasikan pada jalur Rambang dan lapangan Tanjung Miring Barat.•DIT.HULU

Share this post