Jakarta – Media Manager Pertamina Adiatma Sardjito menjadi salah satu pembicara di Forum Kajian Ketahanan Nasional dan Energi, Sarasehan Intelektual Muda, Pasca Sarjana Universitas Indonesia, aula gedung Fakultas Kedokteran UI (FKUI) Salemba, Jakarta, Senin (5/5). Beberapa narasumber lainnya, yaitu Effendi Gazali. Ph.D (Pakar komunikasi politik UI), Rivai Ras (Pakar Ketahanan Nasional UI), Tunggal (SetDirjen EBTKE Kementerian ESDM), dan Komeidi Notonegoro (pengamat energi).
Sarasehan yang digelar mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ketahanan Nasional peminatan pengembangan strategi kepemimpinan dan energi ini mengusung tema, yang bertajuk “Kebangkitan Energi Nasional, Sebagai Pilar Ketahanan Bangsa”.
Dalam kesempatan tersebut, Adiatma Sardjito memaparkan seputar kondisi pengelolaan energi dalam negeri, konsumsi versus produksi Migas Indonesia, rasio cadangan dan produksi minyak Indonesia, kontribusi Pertamina dalam menyokong ketahanan energi, dan lain sebagainya. Kepada para mahasiswa, ia mengajak serta untuk menekan penggunaan BBM bersubsidi, dan lebih memilih menggunakan transportasi massal. “Di samping untuk menekan angka konsumsi BBM yang kian meroket, kita bisa berperan mendukung pembangunan ekonomi Indonesia yang lebih baik,” ujarnya.
Menurut Adiatma, total subsidi energi 9 tahun terakhir tercatat mencapai Rp1.476,21 triliun. Angka itu seharusnya dapat digunakan untuk membangun berbagai infrastruktur untuk ekonomi Indonesia yang lebih baik. Salah satunya seperti pembangunan kilang-kilang baru, perbaikan jalur dan sarana transportasi.
Sementara, pengamat energi Komeidi Notonegoro mengatakan, pemerintah kiranya bisa lebih mengondusifkan iklim pengelolaan Migas di Indonesia. “Bagaimana mengembangkan sektor hulunya kalau terus diperas APBN dengan penggunaan yang tidak cukup produktif,”katanya.
Pertamina merupakan BUMN dengan kontribusi yang berlimpah. Dari 141 BUMN di Indonesia, Pertamina menyumbang 25 persen atas bagian laba BUMN yang dikontribusikan kepada pemerintah.
Kepada masyarakat khususnya para intelektual muda, pakar Komunikasi Politik UI, Effendy Ghazali, memaparkan pentingnya gerakan budaya untuk kedaulatan energi dan peran intelektual.•SAHRUL