Dua pekan sudah terlewati sejak kota Palu, Donggala, Sigi dan sekitarnya dihempas oleh gempa bumi dan tsunami. Walaupun belum sepenuhnya pulih, namun denyut kehidupan di wilayah tersebut mulai aktif kembali.
Seperti yang terlihat di Jalan Basuki Rahmat, kota Palu. Beberapa warga yang memiliki usaha dagang sudah membuka lagi usahanya. Salah satunya adalah Tarjo, warga pendatang dari Tegal yang sudah bertahun-tahun berjualan martabak di jalan tersebut.
Malam itu, martabak pria berusia 60 tahun itu laris manis. Walaupun belum banyak yang berjualan kembali di sepanjang jalan tersebut dan bahan baku di pasar masih minim, namun Tarjo tetap mematok harga satu porsi martabak telor sebesar Rp 25.000. Alhasil, banyak warga yang mengantri menunggu giliran dibuatkan martabak telor oleh Tarjo dan keempat karyawannya.
"Kita tidak mau menambah susah para konsumen. Karena kita sama-sama sedang mendapat cobaan," kata pria yang sudah berjualan martabak selama tujuh tahun di kota Palu.
Yang membuatnya memutuskan berjualan kembali di hari ke empat setelah bencana adalah ketersediaan LPG Pertamina yang mudah ia peroleh. “Tanpa LPG, saya pasti belum bisa berdagang lagi. Percuma ada bahan baku martabak kalau bahan bakar untuk memasak tidak ada. Karena itu, saya sangat terbantu sekali LPG mudah dicari di sini,” tukasnya.
Tarjo senang, perekonomiannya mulai menggeliat lagi. Membuka dagangannya dari pukul 17.00 hingga 23.00 WITA, ternyata pukul 22.00 sudah laris manis terjual habis. “Saya senang LPG tidak langka,” pungkasnya sembari membereskan peralatan masaknya.•KUN