Jakarta - Dalam rangka meningkatkan keselamatan, keamanan, dan lindungan lingkungan bagi pekerja di lingkungan Direktorat Hulu, pada Senin (4/4) di Gedung Patra Jasa lantai 5 ruang Banyu Urip dan Jambaran, PT Pertamina EP Cepu (PEPC) dan PEPC Alas Dara Kemuning (ADK) menyelenggarakan Upstream Health, Safety, Security, and Environment (HSSE) Forum periode Maret-April 2016. Tujuan dari acara ini adalah untuk saling berbagi informasi dan saling mengingatkan mengenai HSSE agar seluruh pekerja selalu melaksanakan kegiatan operasi secara aman, nyaman, dan berwawasan lingkungan. Hadir dalam acara tersebut, Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam, para Senior Vice President dan manajemen dari Direktorat Hulu, jajaran Direksi dan manajemen PEPC & PEPC ADK, jajaran Direksi dan manajemen anak perusahaan (AP), serta fungsi HSSE & operasi APH.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Hulu Syamsu Alam memaparkan target dan realisasi angka HSSE Direktorat Hulu periode tahun 2010–2015, dan berharap agar seluruh AP Hulu untuk meng-update angka HSSE secara berkala, minimal sebulan terakhir sebelum acara HSSE digelar.
Sementara Direktur Utama PEPC, Adriansyah, mempresentasikan update statistik HSSE di PEPC hingga periode Maret 2016, mulai dari deskripsi insiden, tanggal kejadian, klasifikasi, dan status improvement follow up.
“Roadmap HSSE mulai dari tahun 2016/2017 adalah membangun awareness, internalisasi & eksternalisasi tata nilai sampai dengan tahun 2018/2019, yaitu penguatan penerapan tata nilai PEPC dalam praktek bisnis/kerja & masyarakat, serta kinerja keberlanjutan,” jelasnya.
Selanjutnya Direktur Utama PEPC ADK John H. Simamora berbagi pengalaman saat terjadi insiden semburan liar di wilayah NGBU-04 pada akhir Nopember 2014 lalu. Sedangkan Bob Wikan H. Adibrata sebagai General Manager proyek gas J-TB memberikan ulasan tentang progress HSSE yang hingga saat ini masih terus berlangsung.
Menurutnya berdasarkan pengamatan dan fakta di lapangan, angka kecelakaan lalu lintas di wilayah sekitar proyek merupakan angka tertinggi. Pembangunan EPC yang sudah mulai dikerjakan sejak awal 2016 berakibat pada tingginya mobilisasi pekerja dan material ke wilayah proyek. Oleh karena itu, perlu dilakukan manajemen tata kelola transportasi yang baik agar keselamatan setiap pekerja dan masyarakat yang terdampak proyek maupun material yang masuk/keluar diharapkan sampai ke lokasi/tujuan dengan aman, sehingga angka kecelakaan lalu lintas bisa ditekan seminim mungkin.
HSSE lesson learned pada proyek Banyu Urip dibawakan oleh Iip Ardian yang menjelaskan tingginya tantangan di tahun 2015 dalam menjaga keselamatan pekerja seiring dengan adanya penambahan tenaga kerja serta peralihan aktifitas kerja, mulai dari construction, commisioning, dan operation. Namun demikian, performa HSSE proyek Banyu Urip tahun 2015 memperoleh angka TRIR (Total Recordable Incident Rate) 0,07 dan LTIR (Lost Time Injury Rate) 0,01. “Proyek Banyu Urip merupakan salah satu proyek dengan jumlah insiden terendah dibanding proyek ExxonMobil lainnya,” tukas Iip.
Lesson learned berikutnya adalah insiden kebakaran rig PEP-08 sumur RDG-47 di aset 3 Jatibarang yang disampaikan oleh Direktur Utama PEP, Ronny Gunawan.
Di akhir acara, Syamsu Alam memaparkan materi “Leader Roles in Safety”. Ia menegaskan, leader harus memiliki kontribusi lebih terhadap safety. “Leader wajib menunjukkan komitmen dan kepedulian, membangun akuntabilitas, serta mengukur dan memverifikasi semua hal yang terkait dengan safety/HSSE agar dapat mengeliminir insiden di kemudian hari,” tegasnya.•PEPC