UTC: Solusi Teknologi Bisnis Hulu Pertamina

UTC: Solusi Teknologi Bisnis Hulu Pertamina

Pertamina _Dirut _UTCJakarta – “Sebuah negara atau perusahaan yang ingin maju di masa depan, bisa dilihat dari seberapa besar perhatiannya terhadap riset dan teknologi saat ini,” ucap Direktur Utama PT. Perta­mina (Persero) Dwi Soetjipto saat mengunjungi Upstream Technology Center (UTC) Direktorat Hulu pada Jumat, 9 Oktober 2015 di Gedung Kwarnas lantai 15. Dalam kunjungan tersebut, Dwi yang didampingi oleh Direktur Hulu Syamsu Alam, Senior Vice President (SVP) Development and Technology Amran Anwar, SVP Exploration Dodi Priambodo, Vice President (VP) UTC Sigit Rahardjo, mengatakan tujuan dari kun­jungannya ke UTC adalah se­bagai bentuk support ter­­hadap UTC dalam men­jalankan perannya sebagai pusat keungggulan teknologi bidang hulu migas.

 

Lebih jauh Dwi meng­ingatkan seluruh jajaran manajemen UTC pada khu­susnya dan seluruh pekerja Pertamina pada umumnya bahwa masa de­pan Pertamina sangat tergantung dari seberapa be­sar Pertamina memberikan perhatian terhadap riset dan teknologi. “Saya ingin kita semua memiliki mindset untuk mencapai visi World Class Energy Company, Pertamina bukan hanya harus mempu produksi 1,9 juta barel setara minyak per hari (MMBOEPD) te­tapi juga harus mampu men­­­jual teknologinya,” tegas Dwi.

 

Pada kunjungan tersebut, Dwi mendengarkan paparan dari Vice President (VP) UTC, Sigit Rahardjo mengenai ke­giatan UTC saat ini dalam mem­bantu Dit. Hulu untuk mencapai target Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2015 dan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP). Sigit menjelaskan UTC telah dibentuk sejak 1996 de­ngan nama Unit Penelitian dan Pengembangan Eksplorasi Produksi. Tugas UTC adalah memenuhi permintaan ban­tuan teknis di lingkungan Per­­tamina dalam bentuk task force specialist, kajian dan eveluasi termasuk di da­lamnya peer review, problem solving, sentralisasi data dan aplikasi software, simulasi & pemodelan, workshop & training dan pekerjaan lain yang sejalan dengan kom­petensi spesialis di UTC. “Yang saat ini sedang intens kami kembangkan adalah terkait teknologi dan EOR, di antaranya EOR screening dan berbagai studi mengenai CO2, Chemical, dan Thermal,” kata Sigit.

 

Selain itu terkait pe­ngem­­bangan data, sejak September 2013 UTC telah memiliki Per­tamina Upstream Data Center (PUDC) yang terletak di Pasar Minggu, Jakarta Se­latan. PUDC merupakan tempat penyimpanan seluruh data kegiatan hulu migas baik data primer milik Pertamina maupun data sekunder yang berasal dari berbagai pub­likasi hasil riset dan kajian lembaga lain yang berbasis aktifitas hulu migas dan il­mu serumpun lainnya. Da­ta-data tersebut meliputi data  geologi, geofisika dan re­servoir (GGR), produksi & fasilitas produksi (PF), drilling, dan geothermal. Hal ini dimaksudkan agar seluruh data teknis upstream baik subsurface maupun surface dapat diintegrasikan dalam satu sistem manajemen, se­hingga memudahkan dan men­dukung kegiatan evaluasi maupun studi para ahli migas dan panas bumi dalam rang­ka meningkatkan rasio kesuksesan temuan baru dan upaya menambah produksi.

 

Sementara itu Direktur Hulu Syamsu Alam mengata­kan, bahwa kegiatan hulu migas dan panas bumi yang notabene bersifat high cost, high risk, and high technology akan survive apabila sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki menguasai teknologi. “Pemilihan teknologi menja­di sangat krusial. Saya ber­diskusi dengan beberapa kolega di oil company lain, dengan harga minyak yang rendah mereka bisa survive karena mereka memiliki tek­nologi yang bisa menjawab tantangan di lapangan serta mampu menerapkan ke­bijakan efisiensi di segala lini operasi,” papar Alam sapaan akrab Direktur Hulu pada ke­sempatan yang sama.

 

Contohnya, masalah eksplorasi, Alam men­jabarkan bahwa UTC berko­la­borasi dengan fungsi eks­plorasi tengah berupaya mengembangkan riset ber­bagai play concept baru eks­plorasi untuk mencari dan menemukan potensi cadangan migas yang lebih besar tanpa perlu melakukan banyak kegiatan pengeboran. “Selama ini orang menyangka karena harga minyak rendah, Pertamina mengurangi ke­giatan eksplorasi. Padahal yang benar adalah, kegiatan pengeborannya yang di­minimalisir. Sedangkan ka­wan-kawan eksplorasi,  baik geologist maupun geophysicist masih terus be­kerja melakukan analisis dan evaluasi cekungan,” imbuh Alam.

 

Di samping itu, menurut Alam, Pertamina tidak punya pilihan lain terkait pe­ngembangan kapasitas dan teknologi lepas pantai, karena faktanya memang pontensi onshore sudah berkurang. “Faktanya po­tensi migas Indonesia saat ini ada di wilayah offshore. Saya harap UTC bisa meng­akselerasi upaya pe­nguasaan teknologinya ka­rena kebutuhan kita akan teknologi offshore sudah sangat mendesak. Apalagi jika dikaitkan dengan keputusan pemerintah menyerahkan kelanjutan pengelolaan Blok Mahakam pasca terminasi pada 2018 ke Pertamina,” tegas Alam mewanti-wanti.

 

Sebagai pusat riset dan teknologi, UTC diharapkan mampu berperan sebagai pem­beri solusi dengan tero­bosan-terobosan baru yang sifatnya massif di bidang teknologi sehingga dapat  mendongkrak performance bisnis Pertamina secara sig­nifikan.•DIT.HULU

Share this post