VEF Memang Penting: MT Durgandini Tunjukkan Bukti

VEF Memang Penting: MT Durgandini Tunjukkan Bukti

Dalam mengoperasikan lebih dari 180 unit tanker bermacam ukuran, untuk mendistribusikan minyak melalui laut dan sungai, Pertamina perlu memantau kinerja kapal-kapal tersebut. Tim PTKAM Korporat berdasarkan S.Print No.010, tanggal 6 Maret 2015. Pada diktum dua, diperintahkan untuk melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap kegiatan pendistribusian minyak mentah dan produk BBM agar tepat sasaran, tepat waktu dan tepat biaya,

 

Dalam menyigi kinerja tanker-tanker yang dioperasikan Pertamina untuk mengetahui potret kapal sebagai salah satu aktifitas yang penting dalam proses serah terima minyak, Tim PTKAM Korporat tidak melihat apakah kapalnya itu bagus dan wangi bau cat karena baru turun dari galangan. Bukan pula karena ramahnya nakhoda dan crew kapal ketika Tim PTKAM Korporat bertandang ke kapalnya untuk witness mendampingi fungsi terkait (Cargo Surveyor dan Loading Master) yang bekerja sesuai TKO atau TKI yang telah disepakati selama ini.

 

Sebagai patokan standar dan mendasar yang menjadi acuan tim selama ini, dalam melihat bagus  atau buruknya kinerja kapal adalah dari Vessel Experience Factor (VEF)-nya. Dari VEF dapat dilihat “potret diri kapal”  secara transparan apakah kapal yang bersangkutan mampu meng­angkut minyak dari Kilang atau Terminal Lepas Pantai (sebagai loading port) menuju Kilang atau Terminal BBM (sebagai discharging port) sesuai dengan charter party yang telah disepakati.

 

VEF yang ada “unsur perhitungan  minyak” yang diukur pasca loading dibagi dengan Bill of Lading (BL), kemudian di discharging port ada “unsur perhitungan minyak” yang diterima di darat (Actual Receipt) dibagi dengan angka pengukuran minyak di kapal sebelum dibongkar (Before Dischaging), akan menunjukkan sejauh mana kapal bisa membawa amanah muatan dari Loading Port menuju Discharge Port.

 

MT. Durgandini menjadi contoh dalam catatan yang baik dalam proses serah terima minyak dengan kapal.

 

Berkaca kepada VEF yang dibukukan MT.Durgandini, kepada kapal-kapal (tanker milik atau tanker sewa) lain yang dioperasikan Pertamina diharapkan dapat bersaing  dengan tanker (sewa) teladan ini. Kalau MT.Durgandini bisa memperlihatkan prestasi tidak pernah losses melebihi ambang toleransi (0,1%) kenapa tanker yang lain tidak?

 

Padahal kalau dilihat dari usia, MT. Durgandini bukan “muda” lagi. Semenjak tanker ini disewa Pertamina (sejak tahun 1993) dengan sistem Long Term Time Charter (LTTC), kapal ini selalu berkontribusi dalam mengangkut crude ke Kilang-kilang Pertamina. Meski bukan kapal baru, ternyata transportation losses (R-2)-nya selalu di bawah toleransi yang disepakati dengan Pertamina (0,1%).

 

Sebagaimana yang telah disampaikan Tim PTKAM Korporat dalam kesempatan dialog (sharing) dengan para ship owners kapal-kapal yang disewa Pertamina (15/5/15), atau dengan para pimpinan perusahaan surveyor angkutan laut (19/5/15), kapal itu adalah benda mati.

 

Hidup atau bergeraknya sebuah kapal, adalah karena adanya unsur anak manusia yang ada di kapal. Maka dari itu, sebuah Vessel Experience Factor (VEF) akan bisa dibukukan kapal bila yang terlibat dalam aktivitas bongkar muat dari loading port sampai ke discharging port juga anak manusia bagus yang penuh awareness terhadap tugas yang diembannya. Nah, tidak ada kata terlambat bagi mereka yang mau.•PTKAM

Share this post