CIREBON - Bergerak dalam bisnis energi, PT Pertamina (Persero) memiliki risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang relatif lebih tinggi dibanding industri lainnya.
Proses bisnis hulu migas, midstream, dan hilir migas memiliki potensi risiko masing-masing.
Sejak awal, hal ini senantiasa diidentifikasi dan dimitigasi, untuk bisa menghindari atau meminimalisir resiko bahaya tersebut.
Seperti yang dilakukan oleh Pertamina di lingkungan Marketing Operation Region (MOR) III, dengan melaksanakan kegiatan Simulasi Lokasi Kerja Aman (Safe Work Practice).
Rangkaian pelatihan yang terdiri dari teori dan praktik ini dilakukan selama 3 hari dengan praktek keselamatan di perairan, bekerja pada ketinggian, paparan radiasi, isolasi energi, serta scaffolding and lifting operation.
Unit Manager Communication & CSR MOR III, Dewi Sri Utami mengatakan, kegiatan ini sudah berjalan rutin sejak tahun 2017.
"Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan kita pada kondisi berisiko. Dengan melibatkan pekerja baik di lingkup Health Safety Security and Environment (HSSE) serta dari bagian lain dengan harapan agar keselamatan dan keamanan kerja bisa menjadi budaya di seluruh aspek pekerjaan,” jelas Dewi.
Dewi menambahkan, kali ini sebanyak 40 karyawan Pertamina di bidang operasi dan peremajaan ikut ambil bagian dalam kegiatan ini.
Tak hanya simulasi, peserta juga diberi pembekalan berupa teori dan SOP, supaya memahami dan dapat melakukan sesuai prosedur yang berlaku di Pertamina dan best practice perusahaan migas dunia.
Simulasi Kerja Aman ini dilakukan sebagai *bentuk implementasi* pedoman 12 Corporate Life Saving Rules sebagai semangat HSSE yang berada dalam setiap aspek pekerjaan.
"Pertamina berkomitmen dalam menjunjung perilaku dan budaya HSSE yang manfaatnya akan dirasakan bagi diri sendiri, bagi keluarga, dan masyarakat di sekitar kita," tambah Dewi.
Senada dengannya, Zakiudin salah satu peserta simulasi merasa kegiatan semacam ini akan sangat membantu dalam pekerjaannya.
"Saya belum pernah mengikuti upskilling sea survival sebelumnya. Sebagai pekerja operasi, khususnya Loading Master yang lingkup kerjanya di dermaga/laut, pelatihan ini sangat saya butuhkan sebagai dasar survival diri sendiri maupun menyelamatkan rekan kerja/pihak lain yang membutuhkan pertolongan di laut atau pada saat keadaan darurat," tambah Zakiudin yang merupakan pekerja dari Fuel Terminal Tanjung Gerem, Banten.*MOR III