JAKARTA - Komitmen Pertamina dalam mengurangi emisi gas buang karbon dioksida atau CO2 terus dilakukan. Tak hanya mengurangi emisi, melalui riset yang dilakukan Fungsi Research & Technology Center (RTC), karbon dioksida juga dimanfaatkan untuk menghasilkan produk bernilai tambah yang memiliki nilai komersial.
Saat ini, riset RTC berhasil memanfaatkan CO2 yang dilarutkan dengan batu kapur menjadi produk precipitated calcium carbonate (PCC). PCC merupakan produk yang dimanfaatkan sebagai filler dalam industri kertas, cat, dan polimer. PCC juga berpotensi untuk dapat digunakan pada industri makanan dan minuman serta farmasi.
Advisor I Carbon Capture & Storage Research RTC Dewi Mersitarini menjelaskan, saat ini riset PCC sudah memasuki tahap skala pilot. “Kapasitas desain produksi skala pilot sebesar 2 kilogram per jam dengan tingkat kemurnian produk PCC mencapai lebih dari 95%,” katanya.
Proses produksi PCC skala pilot ini dilakukan di Kota Padang bersama mitra peneliti dari Universitas Andalas dan Universitas Bung Hatta. Dua lokasi unit bisnis Pertamina yakni di Refinery Unit II Dumai dan Stasiun Pengumpul Subang Pertamina EP Asset 3 diyakini berpotensi untuk dapat mengolah emisi CO2-nya menjadi PCC. Karena selain memiliki jumlah CO2 yang besar, kedua lokasi tersebut juga dekat dengan akses bahan baku PCC lainnya, yaitu batu kapur.
Menurut Advisor Carbon Capture & Storage Research RTC Yusniati, RTC telah memperoleh paten terkait metode formulasi PCC dari gas buang CO2. “Saat ini juga sedang proses pendaftaran tiga paten lagi. Dua di antaranya adalah paten desain reaktor dan paten proses produksi PCC grade tinggi jenis aragonite yang dapat diproduksi pada suhu ruang,” tambahnya.
Jr Specialist II Carbon Capture & Storage Research RTC Dimas Ardiyanta mengungkapkan, seluruh industri yang berpotensi menjadi pangsa pasar PCC seperti industri kertas, cat, polimer, makanan dan minuman, serta farmasi kerap mengalami pertumbuhan. Berdasarkan kajian, sampai tahun 2022, rata-rata pertumbuhan industri tersebut sekitar 3,4% per tahun. Apalagi saat ini kebutuhan PCC di Indonesia belum dapat dipenuhi oleh produsen PCC dalam negeri.
“Sekarang baru industri kertas yang terpenuhi kebutuhan PCC-nya, sedangkan industri lain sebagian besar masih mengandalkan impor,” terang Dimas. Padahal, salah satu bahan baku PCC yaitu batu kapur tersedia melimpah di Indonesia yang mencapai 1,5 triliun ton.
Kini, pilot plant produksi PCC akan memasuki tahap penelitian otomasi proses untuk mendapatkan kontinuitas produksi. Produk PCC RTC akan diujicobakan pada industri pengguna di skala laboratorium. Uji pasar tersebut dilakukan untuk memperoleh feedback terkait kualitas PCC yang diproduksi oleh RTC.
Selain mengolah CO2 menjadi PCC, RTC juga melakukan penelitian CO2 untuk dapat diolah menjadi produk bernilai tambah lainnya, seperti methanol, dimethyl ether (DME), biomass, polymer, dan bahan bakar sintetis lainnya. RTC berharap, pemanfaatan CO2 menjadi produk bernilai tambah dapat diterapkan pada unit bisnis Pertamina, baik di sektor hulu maupun hilir sebagai bagian dari diversifikasi produk.*RTC