Jakarta, 27 Juni 2021 – Letak negara Indonesia yang berada pada daerah khatulistiwa membuat kekayaan alam terutama rempah jumlahnya melimpah. Potensi inilah yang banyak dimanfaatkan oleh usaha mikro dan kecil (UMK) binaan Pertamina di sektor pengolahan rempah. Dengan pendampingan intensif, para pelaku usaha ini dibina hingga menjadi UMK naik kelas.
Pjs. Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina, Fajriyah Usman memaparkan, para UMK binaan Pertamina tidak hanya terdiri dari pengusaha kriya dan makanan jadi saja. Melainkan juga barang mentah berupa komoditas rempah. “Sehingga pada sektor ini sasarannya adalah para petani baik perorangan maupun kelompok,” tuturnya.
Jumlah mitra binaan yang bergerak di bidang komoditas rempah jumlahnya bervariasi. Baik yang hanya berupa budidaya maupun pengolahan hingga produk jadi. Seperti komoditas cengkeh terdapat 48 MB, cokelat 14 MB, jahe 10 MB, pala 10 MB, dan komoditas pala sebanyak 2 MB.
Pendampingan yang diberikan kepada petani rempah di mulai dari tingkat paling dasar. Mulai dari persiapan lahan, pemilihan bibit, penanaman, pemeliharaan hingga pemanenan. Tidak berhenti disitu, Pertamina juga kerap memberikan pembinaan untuk mengolah hasil rempah tersebut menjadi barang jadi.
“Dengan begitu, bahan tersebut akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dipasarkan tanpa pengolahan. Sehingga akan menjadikan UMK tersebut naik kelas. Karena mengalami peningkatan omzet, kapasitas produksi, dan tentunya menambah jumlah pekerja yang dibutuhkan,” papar Fajriyah.
Salah satunya seperti usaha yang digeluti oleh Irmawati A. Husen. Mitra binaan Pertamina pemilik usaha Ifamoy ini menjual aneka produk olahan rempah dari sekitar tempat tinggalnya di Kelurahan Tabona, Ternate, Maluku Utara. Seperti kenari, kopi kenari dan snack kenari, olahan pala seperti abon pala, nastar pala, teh pala.
Pesatnya kemajuan bisnis Ifamoy semakin terlihat jelas kala dia memutuskan bergabung menjadi mitra binaan Pertamina pada 2020 lalu. Berkat bantuan modal yang diterima, dia bisa melipat gandakan produksi kopi kenari yang semula 100 cap/ hari menjadi 10 kali lipat hingga 1000 cap setiap harinya dengan omzet mencapai Rp60 juta tiap bulan.
Menurut Fajriyah, melalui Program Pendanaan UMK, Pertamina ingin senantiasa menghadirkan energi yang dapat menggerakkan roda ekonomi. Energi yang menjadi bahan bakar, serta energi yang menghasilkan pertumbuhan berkelanjutan.
Pertamina juga senantiasa mendukung pencapaian SDGs (Sustainable Development Goals) point 8 melalui implementasi program-program berbasis ESG (Environmental, Social, and Governance) di seluruh wilayah operasionalnya. Hal ini merupakan bagian dari tanggung jawab lingkungan dan sosial, demi mewujudkan manfaat ekonomi di masyarakat.