Jakarta, 17 Juni 2021 - PT Pertamina (Persero) tidak hanya mencatat kinerja positif dengan laba bersih tahun 2020. Selama pandemi Covid-19, Pertamina Group juga terus memperkuat 4 pilar program Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) melalui berbagai inovasi sosial dan memperluas jangkauan penerima manfaat program.
Hal tersebut merupakan bagian dari komitmen Pertamina dalam penerapan nilai Environment, Social and Governance (ESG) dalam rangka mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Delevopment Goals (SDG’s) terutama di point 3, 4, 7 dan 8 yaitu untuk memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan, memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas, memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Pjs Senior Vice Presiden Corporate Communications and Investor Relations Pertamina, Fajriyah Usman menjelaskan, inovasi sosial melalui program TJSL Pertamina sepanjang 2020 itu tersebar dalam beberapa kegiatan yang mencakup Pertamina Sehat, Pertamina Hijau, Pertamina Berdikari, Pertamina Cerdas dan Creating Shared Values (CSV). Program tersebut disampaikan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang berlangsung awal pekan ini (14/6) lalu kepada Pemerintah sebagai Pemegang Saham.
Untuk Pertamina Sehat, Pertamina telah memberikan dampak kepada lebih dari 900 orang penerima manfaat. Selain itu, ribuan balita dan ibu hamil terpantau kesehatan dan tumbuh kembangnya, ribuan orang terberdayakan hingga peluang kerja bagi penyandang disabilitas (Difable).
“Program Pertamina Sehat juga telah memberikan peluang kerja bagi 26 difabel dengan omzet Wirausaha per tahun sekitar Rp 165 juta sekaligus dapat menghemat biaya pengobatan senilai Rp. 15 juta per tahun,” ungkap Fajriyah.
Fajriyah menambahkan, pada Pertamina Hijau yang bertujuan untuk penyelamatan lingkungan hidup, Pertamina Group telah melestarikan ribuan flora dan fauna, sedimentasi baru dan penyelamatan lahan dari kebakaran, pemanfaatan hutan dan penanaman pohon mangrove.
“Dari lingkungan, Pertamina mampu menurunkan penyerapan karbon 362,876 kg CO2 dengan memberikan dampak ekonomi dengan pendapatan kelompok per tahun sebesar Rp. 1,2 miliar dari ribuan penerima manfaat,” imbuhnya.
Adapun pada program Pertamina Berdikari, dimana masyarakat didorong untuk menghadirkan energi secara mandiri, lanjutnya, Pertamina Group telah menghasilkan dampak bagi pengurangan emisi, mengalirkan gas methane, pemanfaatn kotoran menjadi energi terbarukan serta mereduksi timbunan sampah, pemanfaatan lahan pemanfaatan minyak jelantah menjadi energi listrik. Program TJSL pemberdayaan komunitas (kawasan) ini mampu memberikan dampak ekonomi kepada 6.929 penerima manfaat senilai hampir dari Rp 1 miliar per tahun
Program TJSL lainnya yakni Pertamina Cerdas. Upaya Pertamina untuk membantu Pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia telah dirasakan manfaatnya oleh 3.295 siswa. Program Pertamina Cerdas juga telah memberikan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus serta meningkatkan pemahaman warga di bidang kesehatan dan lingkungan.
“Melalui Pertamina Cerdas telah dihasilkan menghemat biaya pendidikan puluhan juta per tahun,” jelasnya.
Dari Creating Shared Value atau kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai kompetitif perusahaan melalui kegiatan sosial dan ekonomi, Pertamina mengembangkan Program Enduro Student Program (ESP) untuk memberikan pendidikan, pelatihan dan magang bagi lulusan SMK agar mampu menjadi wirausaha muda mandiri. Sebanyak 113 penerima manfaat yang tersebar di 64 outlet bengkel aktif dan mampu menghasilkan CSV sebesar Rp 1 miliar melalui penjulan botol pelumas Pertamina dan pendapatan jasa reparasi perusahaan.
Melalui 4 pilar program TJSL, Fajriyah menuturkan, Pertamina meraih lebih dari 80 proper Emas dan hijau dan 3 diantaranya penghargaan Internasional serta 1 rekor MURI.
“Program TJSL akan terus dikembangkan secara berkelanjutan dengan penerima manfaat yang lebih besar sebagai kontribusi Pertamina bagi masyarakat dan bangsa Indonesia,” pungkas Fajriyah.**