Geopolitical Threats |
Harga minyak dunia masih belum menunjukan keseimbangan. Dalam 6 bulan terakhir, harga Brent dan WTI turun rata-rata sekitar 40 persen, dari level tertingginya di US$ 84,5 dan US$ 75,5 per barel (3/10) menjadi US$ 51,3 dan US$ 43,5 per barel (24/12). Menjelang awal tahun 2019, harga kembali merangkak naik dan pekan lalu sempat mencapai US$ 68,1 dan US$ 59,8 per barel (27/3) masing-masing untuk Brent dan WTI. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi harga minyak, diantaranya geopolitik. Bloomberg Intelligence menilai beberapa kondisi geopolitik yang berpotensi menaikan harga minyak.
Penerapan kembali sanksi terhadap Iran oleh AS dan krisis di Venezuela berpotensi menjadi pendorong utama pasar minyak global. Secara gabungan, produksi minyak Iran dan Venezuela turun 250 ribu barel per hari di bulan Februari, dan diperkirakan produksi dari kedua negara ini akan terus menurun. Produksi minyak Iran telah menurun sekitar 670 ribu barel per hari sejak sanksi AS diberlakukan kembali pada bulan November, dan diperkirakan akan turun sekitar 10% atau lebih, pada bulan Juni. Krisis yang terjadi di Venezuela pun belum menunjukan perbaikan, bahkan menjadi semakin dalam yang mengganggu produksi dan mengintensifkan tekanan ke atas pada harga minyak. Pemadaman listrik di sebagian besar negara itu, menutup kompleks kilang minyak mentah dan terminal ekspor minyak utamanya.
Tantangan geopolitik juga datang dari Libya, Nigeria dan Aljazair juga dapat mengurangi pasokan pada Semester I tahun ini.
Produksi minyak Libya turun sekitar 300 ribu barel per hari sejak Oktober, dengan pemilihan yang akan datang kemungkinan akan memengaruhi kekhawatiran atas keamanan negara. Aljazair juga merencanakan pemilihan pada April mendatang yang juga meningkatkan ketegangan politik di sana. Produksi minyak Aljazair rata-rata datar di atas 1 juta barel per hari selama tiga tahun terakhir, dan ketegangan politik yang sedang terjadi dapat mengancam stabilitas ini. Sengketa hasil pemilu di Nigeria, masalah pajak dan risiko operasional lainnya yang mungkin menghambat pertumbuhan produksi minyak di Semester I ini.
Akankah harga minyak kembali ke level US$ 80?
Sumber : Investor Relations – Corporate Secretary
Untuk komentar, pertanyaan dan permintaan pengiriman artikel Market Update via
email ke pertamina_IR@pertamina.com