Ghosn Legacy |
Carlos Ghosn, figur terpandang di industri otomotif, ditangkap oleh otoritas hukum Jepang pada November lalu. Ghosn dituduh melakukan pelanggaran yang signifikan, saat menjabat di Nissan Motor. Berdasarkan informasi dari whistleblower, investigasi menunjukkan bahwa selama bertahun-tahun, Ghosn telah melaporkan jumlah kompensasi dalam laporan sekuritas ke Bursa Efek Tokyo yang lebih kecil dari jumlah sebenarnya. Selain itu, terungkap juga pelanggaran lain seperti penggunaan pribadi aset perusahaan. Ghosn pernah menjadi chairman of the board dari tiga perusahaan otomotif: Renault, Nissan, dan Mitsubishi. Ketiga perusahaan tersebut terjalin dalam aliansi strategis yang mempekerjakan 470.000 orang, mengoperasikan 122 pabrik dan menjual lebih dari 10 juta kendaraan pada tahun 2017.
Karir Ghosn melonjak setelah dia berhasil memperbaiki kinerja Renault saat dirundung masalah setelah privatisasi di tahun 1996. Ghosn membuat rencana untuk memotong biaya selama periode 1998-2000, mengurangi tenaga kerja, merevisi proses produksi, menstandarisasi bagian-bagian kendaraan dan mendorong peluncuran model-model baru. Renault juga melakukan perubahan organisasi, memperkenalkan sistem lean production dengan yang diilhami oleh sistem di Jepang, mereformasi metode kerja dan memusatkan penelitian dan pengembangan untuk mengurangi biaya. Upayanya tersebut menyebabkan dia dijuluki Le Cost Killer.
Ghosn kembali ditugaskan untuk menyelamatkan Nissan dari ambang kebangkrutan, setelah Renault mengambil hampir 40% saham Nissan. Saat itu Nissan memiliki hutang yang sangat besar dan mengalami kerugian terus menerus selama 8 tahun. Pada tahun 1999, ia memangkas biaya pembelian, menutup pabrik, dan menghilangkan 21.000 pekerja, menginvestasikan kembali keuntungan untuk kendaraan model baru. Hasilnya, terlihat dalam grafik, profit margin Nissan sempat melesat setelah ditangani oleh Ghosn.
Keberhasilan Ghosn menyelamatkan dua perusahaan otomotif besar dunia, banyak dijadikan studi kasus di sekolah bisnis, bahkan dijadikan tokoh komik Jepang. Namun, keberhasilan tersebut nampaknya tidak akan dapat menyelamatkannya. Sampai saat ini, Ghosn masih ditahan oleh otoritas hukum Jepang, bahkan upayanya untuk mendapatkan bebas bersyarat telah ditolak. Media Jepang yang sebelumnya memuji Ghosn, berbalik mencelanya sebagai orang yang rakus. Lebih jauh, banyak yang mulai meragukan keberhasilan Ghosn.
“One rotten apple will spoil the whole barrel”
Sumber : Investor Relations – Corporate Secretary
Untuk komentar, pertanyaan dan permintaan pengiriman artikel Market Update via
email ke pertamina_IR@pertamina.com