Go Nuclear |
Nuklir sudah memenuhi sekitar 15% kebutuhan listrik dunia dan mencegah emisi 2,1 milyar ton CO2/tahun. Saat ini, terdapat 450 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di 31 negara. Beberapa negara masih mengandalkan PLTN sebagai pemasok tenaga listrik di negaranya, namun sebagian mulai menghentikan operasi PLTN-nya. Tercatat, Amerika Serikat (AS) merupakan penghasil tenaga listrik yang bersumber dari PTLN. Setelah peristiwa meledaknya PLTN di Jepang, beberapa negara seperti Jerman mempertimbangkan untuk menghentikan pembangkitan listrik dari nuklir dan beralih ke sumber energi listrik lain.
Di sisi lain, mengacu pada visi Indonesia 2025, kebutuhan energi akan mencapai 100 ribu megawatt (MW) dan energi nuklir bisa menjadi salah satu jawaban untuk memenuhinya. Selain menjawab krisis energi di Indonesia, energi nuklir dapat mendorong Indonesia menjadi negara industri serta mempercepat pertumbuhan ekonomi. Jika mengandalkan sumber energi lain, pemenuhan kebutuhan akan sulit dapat dipenuhi, sementara energi fosil akan habis dan energi alternatif masih belum dapat diandalkan.
Sebagai gambaran, Indonesia memiliki potensi energi panas bumi sebesar 27 ribu MW, yang jika terealisasi diperoleh 9 ribu MW. Energi hidro, berpotensi 30 ribu MW, jika terealisasi menghasilkan energi 10 ribu MW. Energi matahari cukup mahal, membutuhkan sel surya seluas 20 km2 untuk memperoleh 1.000 MW. Bioenergi, untuk mendapat 1.000 MW, membutuhkan lahan penanaman bahan baku seluas 300 km2. Energi nuklir cukup memerlukan 1 unit reaktor nuklir untuk memperoleh energi 1.000 MW, emisi gas rumah kacanya rendah, sedikit menghasilkan limbah padat, berbiaya bahan bakar rendah, dan memilikli ketersedian bahan bakar yang melimpah.
Pembangunan PLTN memang mahal, namun murah pengoperasian, sebab harga uranium stabil, teknologi tersedia, dan Indonesia telah memiliki pakar nuklir. Hasil studi oleh World Nuclear Association menunjukkan bahwa nuklir adalah sumber energi yang rendah emisi dibandingkan gas alam, minyak, dan batubara. Emisi CO2 batu bara rata-rata mencapai 888 ton CO2/GWh bila dibandingkan dengan emisi nuklir yang rata-rata hanya 29 ton CO2/GWh. Yang diperlukan adalah sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang hidup berdampingan dengan nuklir.
Apakah Indonesia siap untuk menggunakan PLTN?
Sumber : Investor Relations – Corporate Secretary
Untuk komentar, pertanyaan dan permintaan pengiriman artikel Market Update via
email ke pertamina_IR@pertamina.com