Long Journey
|
Awal bulan November, Indomie (Barbecue Chicken) berhasil menduduki peringkat sebagai ‘Ramen terenak” versi Harian asal Amerika Serikat, LA Times, mengalahkan 30 brand mi instan dari negara lainnya seperti MyKuali (Penang White Curry) dari Malaysia, disusul oleh Nongshim Shin (Black), Sapporo Ichiban (Tokyo Chicken Momosan) dari Jepang, bahkan Indomie Mi Goreng mendapat urutan ke sepuluh dalam award tersebut.
Awal bulan November, Indomie (Barbecue Chicken) berhasil menduduki peringkat sebagai ‘Ramen terenak” versi Harian asal Amerika Serikat, LA Times, mengalahkan 30 brand mi instan dari negara lainnya seperti MyKuali (Penang White Curry) dari Malaysia, disusul oleh Nongshim Shin (Black), Sapporo Ichiban (Tokyo Chicken Momosan) dari Jepang, bahkan Indomie Mi Goreng mendapat urutan ke sepuluh dalam award tersebut.
Sedangkan Indomie goreng pertama kali diproduksi di Indonesia oleh PT Sanmaru Food Manufacturting Co Ltd pada 1983. Namun kemudian tahun 1984 PT Sarimi Asli Jaya mengambil alih kepemilikan perusahaan tersebut, sebelum akhirnya diakusisi PT Indofood Sukses Makmur Tbk pada tahun 1990. Dengan ini indomie dan Sarimi menjadi saudara se-perusahaan di bawah kepemimpinan Salim Group. Pada 2010, Salim Grup mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (INDF) dengan harga awal Rp.4.000an dan saat ini telah mencapai Rp. 7.875/lembar saham (11/11/19).
Kini, Indomie memiliki sejumlah pabrik di berbagai negara seperti Malaysia, Arab Saudi, Nigeria, Suriah, hingga Mesir, dan sedikitnya 90% pasar domestik di Indonesia saat ini dikuasai oleh Salim Group tersebut melalui produk unggulannya Supermi, Sarimi, Super Cup, dan sebagainya.
Namun, perjalanan Indomie tidak selalu berjalan mulus. Di tahun 2010, dua jaringan supermarket terbesar di Taiwan ParknShop dan Wellcome, menarik penjualan Indomie setelah Pemerintah Taiwan menemukan bahan pengawet terlarang. Selain di Taiwan, larangan ternyata juga berlaku di Kanada dan Eropa. Hal ini membuat saham INDF saat itu (11/10/2010) anjlok 5,88%. Untungnya, kejadian itu tidak berjalan lama, setelah kepala BPOM Indonesia angkat bicara bahwa Indomie aman dikonsumsi dan tidak mengandung bahan terlarang.
Secara global, bisnis mi instan, menurut lembaga penelitian imarcgroup, global market value di tahun 2018 mencapai US$ 42.2 Billion. Bahkan market value di tahun 2024 ditargetkan mencapai US$ 57.5 Billion hampir setara dengan Net Profit Apple di tahun 2018.
Produk lokal Indonesia apa lagi yang akan mendunia di masa mendatang?
Sumber : Investor Relations – Corporate Secretary
Untuk komentar, pertanyaan dan permintaan pengiriman artikel Market Update via
email ke pertamina_IR@pertamina.com