New Fragile Five

New Fragile Five

Emerging market (EM) kembali terguncang, kali ini didorong oleh Turki. Mata uang Turki, Lira, melemah terhadap Dolar AS sebesar 40% sejak awal tahun, pasalnya kondisi ekonomi Turki memang dalam kondisi yang kurang baik. Turki memiliki defisit perdagangan yang cukup tinggi sebesar 5,5% dari Pendapatan Nasional Bruto-nya. Inflasi Turki mencapai 15% dan tingkat utangnya mencapai 28% dari PDB. Tekanan bertambah sejak Trump mengumumkan akan menerapkan tarif kepada produk Turki yang diimpor ke AS.

Sumber: Bloomberg, 2018

Turki merupakan bagian dari New Fragile Five (2017) , selain Turki, negara lain yang temasuk kelompok ini adalah Argentina, Pakistan, Mesir, dan Qatar. Sebelumnya, pada tahun 2013, negara yang masuk ke dalam kelompok ini adalah Brazil, India, Indonesia, Afrika Selatan, dan termasuk Turki. Istilah Fragile Five digagas oleh analis dari Morgan Stanley untuk mewakili ekonomi emerging market yang pertumbuhan ekonominya bergantung pada pendanaan luar negeri dan kebijakan negara ekonomi maju.

Fragile Five memang rentan terhadap pengaruh eksternal. Defisit pergadangan negara-negara tersebut, membuat tingkat utangnya meningkat guna menutup defisitnya. Namun, karakteristik risiko yang tinggi dari kelompok tersebut membuat mudah bagi investor untuk pergi membawa dananya. Efeknya adalah volatilitas mata uang mereka terhadap mata uang asing, khususnya Dolar AS, sangat tinggi.

Kebijakan dari negara ekonomi maju juga turut mempengaruhi. Kebijakan uang ketat yang mulai dilakukan oleh beberapa negara ekonomi maju, akan mengurangi supply dana ke negara EM dan akan meningkatkan suku bunga utang guna menarik kembali dana untuk masuk ke dalam EM. Contoh dari kebijakan tersebut adalah seperti AS yang mulai menaikan tingkat suku bunganya dan Uni Eropa yang akan menghentikan kebijakan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing). Selain itu, kebijakan proteksionisme seperti penerapan tarif impor oleh AS juga ikut mempengaruhi ekonomi negara Fragile Five.

Walau tidak lagi termasuk kedalam Fragile Five, Indonesia perlu tetap waspada dengan perubahan kondisi eksternal yang dapat berdampak buruk bagi ekonominya.

Sumber : Investor Relations – Corporate Secretary
Untuk komentar, pertanyaan dan permintaan pengiriman artikel Market Update via email ke pertamina_IR@pertamina.com

Share this post