Think Before You Fly
|
Pekan lalu, KLM meluncurkan kampanye yang menyarankan untuk tidak berpergian dengan menggunakan pesawat terbang. Hal yang cukup aneh dari sebuah maskapai penerbangan ternama dunia. KLM berupaya mengajak konsumennya serta pelaku industri penerbangan lain, untuk berpikir tentang dampak lingkungan dari penerbangan. KLM memang berkomitmen untuk mengurangi emisi CO2-nya, dengan menetapkan roadmap pengurangan emisi CO2 per penumpang sampai 20% pada 2020.
Industri penerbangan sedang berupaya untuk menurunkan emisi CO2-nya. Pada 2018, industri penerbangan diestimasi mengeluarkan sekitar 895 juta ton CO2 atau 2,4% dari emisi CO2 akibat penggunaan energi global. Estimasi tersebut tumbuh 26% sejak tahun 2013. Dengan prediksi pertumbuhan industri penerbangan yang pesat, tentunya akan berdampak pada peningkatan emisi CO2. Peningkatan dalam efisiensi bahan bakar yang diperkirakan sekitar 1-2% per tahun, tidak akan cukup untuk mengimbangi perkiraan pertumbuhan lalu lintas udara sekitar 5% per tahun. Ini berarti emisi CO2 dapat tumbuh antara 2,4 dan 3,6 kali pada tahun 2050.
Sejalan dengan itu, KLM fokus di empat bidang dalam upaya mengurangi emisi CO2 mereka. Pertama, mengurangi konsumsi bahan bakar, dengan memperbaharui armadanya dengan pesawat yang lebih efisien. Selain itu, mereka juga melakukan pengurangan bobot pesawat, mengoptimalkan jalur terbang, serta menerapkan prosedur terbang yang hemat bahan bakar. Kedua, melakukan upaya untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan beralih ke biofuel. Dengan program Corporate BioFuel, KLM menggandeng korporasi untuk menjadi partner dan menanggung selisih harga antara fossil fuel dan bio-kerosene. Selain itu, KLM juga berinvestasi dalam pembangunan pabrik yang memproduksi sustainable aviation fuel.
Ketiga, melakukan kompensasi emisi CO2. KLM membayar kompensasi terhadap emisi CO2 yang mereka keluarkan, untuk diinvestasikan dalam proyek-proyek yang berkelanjutan, seperti pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab dan pemberdayaan masyarakat. Dan yang terakhir, pengelolaan operasi pendukung di darat dengan berkelanjutan. KLM berusaha untuk mengurangi emisi dengan menggunakan energi secara efisien, penggunaan peralatan pendukung dengan tenaga listrik, serta menggunakan tenaga listrik dari pembangkit dengan energi terbarukan.
Pengamat memandang upaya-upaya yang diambil industri penerbangan baru untuk mengurangi emisi CO2 saja, tidak termasuk gas rumah kaca lainnya (seperti NOx) yang juga berdampak ke lingkungan. Melihat fakta tersebut, kita harus mulai berpikir dampak dari perjalanan dengan pesawat terbang sebelum bepergian.
Sumber : Investor Relations – Corporate Secretary
Untuk komentar, pertanyaan dan permintaan pengiriman artikel Market Update via
email ke pertamina_IR@pertamina.com