Kotabaru, 28 September 2018 – Nelayan kecil di wilayah Kalimantan kini boleh bernafas lega. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bekerjasama dengan Pertamina dan pemerintah daerah setempat mulai laksanakan konversi bahan bakar bagi nelayan kecil dari bahan bakar minyak menjadi bahan bakar LPG. Penghematan operasional para nelayan kecil menjadi salah satu alasan pelaksanaan program yang mulai dijalankan di Kalimantan per September 2018 ini. Serah terima konverter kit dilaksanakan di Desa Salino, Kecamatan Pulau Laut Tengah dan dihadiri langsung oleh M. Dardiansyah Anggota Komisi VII DPR RI, Bupati Kotabaru Sayed Jafar, Kasubdit Infrastruktur Migas Kementerian ESDM Ahmat Wahyu dan Sales Executive Domestic Gas Pertamina MOR VI Kalimantan Aditya Agung Andrawina.
Region Manager Comm. & CSR Pertamina Kalimantan Yudi Nugraha menjelaskan dukungan Pertamina terhadap program ini adalah terkait penugasan yang diberikan pemerintah yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri ESDM Nomor 294 K/10/MEM/2018. Selain itu jelas Yudi, program ini juga menjadi wujud komitmen Pertamina dalam mendukung upaya pemerintah untuk semakin mensejahterakan kehidupan nelayan kecil dan mewujudkan energi berkeadilan bagi masyarakat Indonesia.
“Dengan menggunakan bahan bakar elpiji, nelayan bisa menghemat biaya operasional hingga Rp 50 ribu per harinya. Hal ini tentunya menjadi kabar gembira bagi nelayan kecil. Apalagi penggunaan elpiji sebagai bahan bakar dapat mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi emisi gas dari penggunaan BBM”, kata Yudi.
Lebih lanjut dijelaskan sesuai Perpres No.126 Tahun 2015 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Penetapan Harga LPG untuk Kapal Perikanan bagi Nelayan Kecil, kriteria nelayan yang mendapatkan paket konverter kit BBM ke BBG antara lain nelayan yang memiliki kapal ukuran di bawah 5 Gross Tonnage (GT), berbahan bakar bensin atau solar dan memiliki daya mesin di bawah 13 Horse Power (HP).
Pembagian paket perdana konverter kit BBM ke elpiji terdiri atas beberapa komponen, yaitu mesin penggerak, konverter kit, as panjang, baling-baling, 2 buah tabung elpiji 3 kg, dan aksesoris pendukung lainnya.
Salah seorang nelayan yang menerima converter kit, Rahim (55 tahun) asal Desa Salino menyatakan program ini merupakan salah satu jalan keluar dari permasalahan operasional yang selama ini dihadapi. Menurutnya dengan harga jual yang lebih murah dari harga BBM, Rahim dapat berhemat dan mengalokasikannya untuk keperluan rumah tangga.
Terkait ketersediaan pasokan, Yudi kembali menjelaskan ke depannya Pertamina akan terus memantau ketersediaan LPG di wilayah-wilayah yang menjadi lokasi pelaksanaan konversi LPG bagi nelayan. Sebagai contoh di Desa Salino saat ini terdapat 1 agen dan 1 pangkalan. Namun rencananya akan dibuka pangkalan baru yang didirikan khusus untuk melayani nelayan. “Kami akan terus berkoordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan setempat untuk menentukan titik dan jumlah pangkalan baru khusus nelayan. Setelah ada rekomendasi dari DKP, kami akan langsung tindak lanjuti”, ungkap Yudi.
Pada tahun 2016 dan 2017 telah dibagikan sejumlah 5.473 dan 17.081 unit paket konverter kit. Sementara hingga Desember tahun ini, sesuai Keputusan Menteri ESDM Nomor 294 K/10/MEM/2018 akan dibagikan sejumlah 25.000 unit konverter kit untuk 55 kabupaten/kota seluruh Indonesia.
Alokasi konverter kit untuk nelayan di Pulau Kalimantan sebanyak 4.387 unit. Di wilayah Kalimantan Selatan sendiri, penyaluran converter kit dipusatkan di Kabupaten Kotabaru dengan alokasi sebanyak 221 dan Kabupaten Tanah Bambu dengan alokasi 214 unit.*