Kepulauan Togean, 06 September 2018 – Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada dalam area segitiga karang (coral triangle) dunia. Dengan total luas terumbu karang 2,5 juta hektar dan letak Indonesia yang berada di kawasan segitiga terumbu karang dunia ini menjadikan Indonesia dipertimbangkan sebagai pusat keanekaragaman terumbu karang dunia dan cagar biosfer.
Sayangnya, saat ini terumbu karang sangat rentan terhadap kerusakan terutama oleh aktivitas manusia. Berdasarkan status terumbu karang Indonesia yang dikeluarkan LIPI tahun 2017, kondisi terumbu karang yang baik di Indonesia hanya sebesar 6,39 persen. Demikian pula kondisi terumbu karang di Sulawesi, dari 862.627 Ha luasan terumbu karang Sulawesi, sekitar 31,2% atau 269.570 Ha diantaranya berstatus jelek/rusak.
Padahal terumbu karang sangat penting bagi lingkungan dan manusia. Terumbu karang mampu melindungi penduduk pesisir dari badai karena mampu menyerap 97% energi ombak. Sebagai rumah ikan, serta biota laut lainnya, terumbu karang yang sehat menghasilkan 5 – 10 ton ikan/km2 setiap tahun. Disamping itu, terumbu karang juga bermanfaat sebagai lokasi wisata bahari, mampu menghasilkan pendapatan sebesar Rp 13 Trilyun dari sekitar 2,5 juta wisatawan.
Sebagai salah satu upaya untuk turut melestarikan terumbu karang, khususnya di wilayah Perairan Sulawesi, PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) VII Sulawesi bersama Balai Taman Nasional Kepualaun Togean (TNKT), melakukan transplantasi karang yang dikemas dalam ‘Tour de Terumbu’ di Pulau Pangempa, Kepulauan Togean, Kamis (06/09). Transplantasi karang ini dilakukan langsung oleh para penyelam dari TNKT dan Pertamina MOR VII dengan dilepas secara simbolis oleh General Manager MOR VII, Tengku Fernanda.
“Kepulauan Togean memiliki luas terumbu karang 13.909 hektar, namun lebih dari dari 50 persen atau 8.345 hektar terumbu karang berstatus rusak dan sisanya hanya 5.564 hektar yang berstatus sehat. Karenanya Pertamina bersama Balai TNKT melakukan transplantasi karang sebanyak 5.600 bibit di Pulau Pangempa, Togean,” jelas Tengku Fernanda.
Kegiatan ‘Tour de Terumbu’ ini, lanjut Tengku, merupakan bagian dari upaya konservasi dan pelestarian kehidupan bawah laut yang menjadi salah satu komitmen kepedulian Pertamina di bidang lingkungan hidup. “Khusus di Togean, secara jangka panjang kegiatan ini menjadi bentuk dukungan kami bersama TNKT untuk mewujudkan Togean menjadi Cagar Biosfer,” imbuhnya.
Kepala Balai TNKT, Ir Bustang menjelaskan Cagar Biosfer merupakan wilayah atau kawasan yang terdiri dari daratan, perairan, dan pantai yang keseluruhan unsur alamnya dilindungi dan dilestarikan.Keberadaan cagar biosfer bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara melestarikan keanekaragaman hayati, pembangunan ekonomi dan kebudayaan.
Bustang menuturkan berbagai upaya telah dilakukan Balai TNKT untuk mewujudkan Kepulauan Togean menjadi Cagar Biosfer diantaranya diawali dengan kegiatan sosialisasi Cagar Biosfer dengan mengundang para pihak di Kantor Bupati dengan narasumber Prof. Purwanto, Direktur Eksekutif Komite Nasional Program MAB Indonesia, menjadi delegasi Indonesia dalam kegiatan 30th Session of The International Co-ordinating Council of UNESCO’s Man and Biosphere (ICC-MAC) UNESCO di Palembang, melakukan penyusunan buku, serta mengirimkan surat dukungan dan rekomendasi cagar biosfer kepara pihak terkait.
Sesuai dengan namanya, kegiatan ‘Tour de Terumbu’ ini tidak hanya dilakukan di Kepulauan Togean, namun tur transplantasi karang di 3 lokasi. “Selain di Kepulauan Togean, rangkaian tur kegiatan transplantasi karang ini telah didahului di 2 lokasi di wilayah Sulawesi Tenggara yakni di Wakatobi, 1000 bibit pada Sabtu, (25/08) dan di Kolaka, 200 bibit pada Rabu, (29/08) lalu,” ungkap Tengku.
Dalam prosesnya, transplantasi karang dilakukan dengan mengaitkan karang ke media yang telah diletakkan di bawah laut berbentuk seperti meja, berfungsi sebagai substrat atau tempat karang menempel, dengan total 280 substrat. “Lewat transplantasi karang, kita melakukan intervensi percepatan regenerasi karang dan perbaikan lingkungan yang rusak dan tak bisa lagi ditumbuhi karang,” kata Tengku.
Tengku berharap karang yang telah ditanam nantinya dapat dijaga keberlangsungannya. “Sebaik apapun kondisi terumbu karang di suatu lokasi, bila terus menerus mendapatkan gangguan ataupun tekanan tentunya akan dapat merusak ekosistemnya. Karenanya Pertamina melalui TNKT juga melakukan edukasi kepada masyarakat sekitar serta wisatawan mengenai pentingnya ekosistem terumbu karang mengingat kawasan Togean ini juga merupakan kawasan wisata dengan intensitas kunjungan wisatawan yang cukup tinggi,” ujarnya.
Adapun di pertengahan bulan September ini Pertamina MOR VII juga akan memberikan bantuan transplantasi terumbu karang di Baubau sebanyak 1800 bibit karang. “Sebelumnya beberapa program konservasi laut telah kami lakukan di wilayah Sulawesi antara lain kegiatan Penanaman 500 bibit Mangrove dan Pembangunan Kawasan Ekowisata Mangrove Desa Lantebung, Bira Kota serta transplantasi lebih dari 9 ribu terumbu karang di Sulawesi sejak tahun 2013,” tutup Tengku.