Jakarta, 27 Maret 2021 - Wabah virus Covid-19 telah terjadi lebih dari satu tahun dan menjadi pandemi bagi hampir seluruh negara di dunia. Kondisi ini sekaligus membawa dampak untuk berbagai sektor usaha. Termasuk di dalamnya adalah para pelaku usaha mikro dan kecil (UMK). PT Pertamina (Persero) melalui Program Kemitraan hadir sebagai bagian dari BUMN untuk mengajak para UMK segera bangkit dan adaptif dari kondisi pandemi ini.
Pertamina tidak tinggal diam melihat usaha yang dijalani mitra binaannya terkena imbas pandemi. Berbagai siasat dan formulasi program telah disusun secara sistematis. Kemudian langsung diterapkan kepada mitra binaan, baik secara langsung seperti memberikan bantuan dengan menyerap produk UMK. Maupun cara tidak langsung yakni dengan memberi pengetahuan, pendampingan, dan pelatihan agar mampu adaptif.
Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina, Agus Suprijanto menjabarkan, di awal terjadi pandemi, Pertamina telah menggelontorkan bantuan dengan nilai sebesar lebih dari Rp 3 miliar. “Dukungan ini diwujudkan dalam bentuk lebih dari 10.000 produk bantuan dukungan berupa produk multivitamin dan herbal, madu, sabun, hand sanitizer, disinfektan, masker dsb yang dapat mendukung upaya pencegahan Covid-19,” tuturnya.
Tidak hanya Program Kemitraan, Pertamina juga melibatkan Rumah BUMN ikut andil dalam proses adaptasi Covid-19 ini. Betapa tidak, jumlah mitra binaan di bawah RB Pertamina cukup banyak, yakni mencapai lebih dari 9 ribu UMK yang tersebar di 30 RB Pertamina. “Terdapat sekitar 420 UMK mitra RB yang adaptif dari wabah Covid-19 dengan nilai lebih dari Rp14 miliar. Jumlah ini terus bertambah,” imbuhnya.
Agus menambahkan, peran Pertamina lainnya bagi UMK di tengah pandemi diwujudkan dalam berbagai program. Seperti pelatihan secara digital. Pelatihan secara online ini semakin gencar dilakukan kala masa pandemi. Baik yang digelar secara rutin di tingkat region masing-masing MB maupun pelatihan yang digelar oleh Kantor Pusat Pertamina. “Selama 2020, Pertamina telah menggelar lebih dari 200 pelatihan online yang diikuti 11.000 UMK binaan Pertamina,” terang Agus.
Pembinaan secara digital ini tidak hanya diwujudkan dalam bentuk webinar atau pemaparan materi saja. Beberapa di antaranya juga diisi dengan praktik dalam hal digital marketing. Tujuannya agar para UMK lebih familiar dengan transaksi digital melalui pasar eCommerce. “Sebab, di masa pandemi kegiatan pameran produk UMK secara langsung ditiadakan, maka harus ada platform pengganti sebagai etalase produk UMK ini,” ujarnya.
Pertamina pun turut menyediakan platform pameran secara virtual seperti yang pernah digelar September 2020 lalu yakni Pertamina SMEXPO. Ajang ini pun menjadi salah satu program andalan Pertamina dalam membina UMK dalam masa pandemi Covid-19. Meski digelar secara daring, pameran virtual ini berhasil mendapat atensi pengunjung dari 38 Negara dan mendapatkan penghargaan Rekor MURI sebagai Pameran Virtual dengan Pilihan Produk Terbanyak di Indonesia yakni 1.780 produk dari 100 mitra binaan.
Tidak lama berselang, pada November 2020, digelar Pertamina UMK Academy 2020 : Fast Track. Program yang diikuti 290 UMK ini digelar untuk meningkatkan jumlah UMK naik kelas agar tetap produktif dan bertahan di masa pandemi. “Dari jumlah tersebut, sebanyak 162 UMK dinyatakan lulus dan naik kelas karena dianggap telah memenuhi salah satu kriteria UMK naik kelas,” terang Agus.
Yakni dengan memenuhi parameter perkembangan produksi dan pemasaran dari UMKM dengan adanya kriteria peningkatan jumlah pegawai, peningkatan nilai pinjaman, peningkatan kapasitas produksi, peningkatan omzet, pelibatan masyarakat sekitar untuk menghasilkan produk, pemasaran produk di luar kota/negeri, memperoleh sertifikat nasional/internasional.
Berbagai media, lanjut Agus, telah dimanfaatkan Pertamina untuk melakukan pendekatan kepada mitra binaan. “Pertamina telah memfasilitasi untuk membuatkan Whatsapp Group Mitra Binaan. Meski terkesan sederhana, namun cara ini cukup efektif dalam mengkomunikasikan seluruh program Pertamina terkait pembinaan UMK,” jelasnya.
Selain itu juga terdapat program Pinky Movement. Yakni berupa program CSV (Creating Shared Value) yang menyasar UMK untuk dapat naik kelas melalui akses modal dan pembinaan untuk usaha kecil dan outlet Bright Gas. Program pembiayaan kepada outlet LPG dan UMK yang bertujuan untuk mendorong konversi LPG subsidi dan memudahkan masyarakat untuk akses produk LPG non subsidi. Di mana target penyaluran untuk 2000 UMK Outlet LPG NPSO dan 100 UMK Kuliner.
Seluruh program dan pembinaan yang disusun Pertamina dikala pandemi ini memiliki banyak tujuan besar di antaranya adalah mengembalikan gairah berbisnis mitra binaan. Sehingga turut menyejahterakan pemilik UMK itu sendiri maupun para karyawan beserta keluarga di belakangnya. Sehingga menjadi salah satu implementasi SDGs tujuan ke-8 yakni menyediakan pekerjaan yang layak dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Selain mengimplementasikan SDGs, Pertamina juga berupaya menjalankan ESG terutama di bidang sosial. ESG atau Environmental, Social & Governance (ESG) Management, merupakan langkah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya yang berfokus pada keberlanjutan bisnis secara jangka panjang. Dengan cara ini, Pertamina yakin dapat senantiasa menghasilkan manfaat ekonomi di masyarakat sesuai dengan tanggung jawab lingkungan dan sosial.
Menurut Agus, melalui Program Kemitraan ini, Pertamina ingin dapat senantiasa menghadirkan energi yang menggerakkan roda ekonomi. Energi yang menjadi bahan bakar, serta energi yang menghasilkan pertumbuhan berkelanjutan. “Pertamina akan mendukung para UMK Indonesia agar lebih berdikari dengan pendampingan intensif yang kami berikan hingga UMK mampu naik kelas,” pungkasnya.