Bolaang Mongondow Timur, 26 November 2020 – PT Pertamina (Persero) bersama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara dan Yayasan Masarang melepasliarkan 13 ekor Monyet Hitam Sulawesi yang juga disebut Yaki macaca nigra di kawasan konservasi TWA Gunung Ambang Kecamatan Modayag, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur pada (25/11) setelah melalui proses rehabilitasi di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasikoki.
Pelepasliaran itu dilakukan secara langsung oleh VP CSR & SMEPP PT Pertamina (Persero), Arya Dwi Paramita, Kepala BKSDA Sulut, Ir. Noel Layuk Allo MM, Camat Kecamatan Modayag, Sudikromo, Ketua Yayasan Masarang, Hasudungan Pakpahan serta Manajemen Pertamina Geothermal Energy Area Geothermal Lahendong dan Integrated Terminal Bitung Pertamina Regional Sulawesi.
Momen Pelepasliaran Yaki ini menjadi rangkaian dari Hari Ulang Tahun (HUT) Pertamina ke-63 serta peringatan Hari Cinta Puspa Satwa Nasional yang jatuh pada tanggal 5 November silam.
Arya Dwi Paramita mengatakan Program CSR Konservasi Yaki merupakan program CSR Integrated Terminal Bitung Pertamina Regional Sulawesi dan PGE Area Lahendong yang sudah berjalan dari tahun 2017.
“Program CSR Pertamina terdiri dari 4 pilar yaitu salah satunya adalah konservasi keanekaragaman hayati yang masuk pada pilar Pertamina Hijau. Hal ini merupakan wujud kepedulian perusahaan kepada pelestarian flora dan fauna, dimana saat ini Pertamina memiliki 55 program konservasi sejenis yang dilaksanakan oleh unit operasi Pertamina di seluruh Indonesia. Tentunya jenis flora dan fauna endemik menyesuaikan kondisi wilayah masing – masing baik secara geografis wilayah maupun lokasi operasional bisnis Pertamina,” terangnya.
Pada konservasi Yaki ini, Pertamina memberikan dukungan berupa dukungan pembibitan pohon pakan alami yaki, dukungan medical check up untuk animal keeper untuk meminimalisir resiko zoonosis serta pembuatan kandang habituasi untuk Pelepasliaran Yaki di Gunung Ambang. Selain itu, Pertamina bersama Yayasan Masarang memberikan edukasi kepada masyarakat melalui program Tasikoki Conservation Camp dan Pendidikan Konservasi serta sosialisasi ke sekolah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam melindungi satwa langka.
“Tahun lalu, Pertamina menyelenggarakan event tahunan Eco Run sebagai kegiatan charity menjelang HUT Pertamina dalam bentuk event berlari yang hasil donasinya diberikan untuk kepedulian kepada lingkungan, salah satunya yaitu donasi untuk konservasi monyet Yaki yang saat itu menjadi maskot tema tahunan. Kegiatan tersebut berhasil menggalang donasi hingga 400 juta. Sehingga, total bantuan CSR pertamina untuk mendukung konservasi Yaki sejak tahun 2017 hingga sekarang yaitu sebesar 550 juta,” tambahnya. Adapun hasil penggalangan donasi dari kegiatan Eco Run dimanfaatkan untuk program pemeriksaan Yaki untuk dilepasliarkan, program pelepasliaran, program edukasi, pemugaran kandang dan penyediaan peralatan medis klinik.
“Sebagai salah satu contoh Konservasi Yaki ini, kita berharap dapat menciptakan ekosistem konservasi yang terintegrasi. Lokasi pelepasliaran Desa Liberia Timur, Kec. Modayang, Kab. Bolaan Mongondow Timur kami berikan bantuan Bina Lingkungan Bibit dan Pupuk senilai Rp 50 juta kepada Kelompok Tani Hutan (KTH) Belerang, Desa Liberia Timur. Hal ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs) nomor 8 yaitu menciptakan pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi. Sehingga, program ini dapat memberikan lebih banyak multiplier effect secara berkelanjutan kepada masyarakat sekitar,” ujar Arya.
Pertamina sebagai korporasi yang menjunjung tinggi prinsip Environmental Social Governance (ESG) menerapkan praktik-praktik penyelamatan lingkungan yang dikombinasikan dengan pemberdayaan masyarakat disaat yang bersamaan. “Seperti ditemui di Gn. Ambang ini, Pertamina memberdayakan masyarakat untuk menanam tanaman produktif dengan tujuan memberikan nilai ekonomi dan tidak merambah hutan habitat Yaki,“ pungkas Arya.
Sementara itu, Ir. Noel Layuk Allo MM mengatakan Yaki ini merupakan hasil penyelamatan dari perdagangan satwa dan evakuasi dari kepemilikan illegal oleh BKSDA Sulut. “Pelepasliaran Yaki ini dapat terlaksana berkat dukungan penuh dari PT Pertamina (Persero) dan juga BKSDA Sulawesi Utara bersama mitra kerjanya, yaitu Yayasan Masarang – PPS Tasikoki, EPASS Tangkoko, Macaca Nigra Project (MNP), dan Yayasan Selamatkan Yaki Indonesia (YSYI),” terangnya.
Lebih lanjut Noel mengatakan pada tanggal 15 November 2020 lalu, kelompok Yaki ini dipindahkan ke kandang pelepasliaran di TWA Gn. Ambang untuk menjalani proses habituasi agar mereka bisa beradaptasi dengan lingkungan baru sebelum mereka benar-benar akan bebas di alam liar.
Noel menjelaskan di Indonesia, Yaki merupakan satwa yang dilindungi sebagaimana tertuang dalam UU. No. 5 Tahun 1990. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui SK Dirjen KSDAE No. 180/IV-KKH/2015 telah menetapkan Yaki sebagai salah satu jenis dari 25 jenis satwa terancam punah prioritas yang perlu ditingkatkan populasinya.
“Kegiatan Pelepasliaran Yaki (Macaca nigra) ini diharapkan dapat menambah populasi Yaki liar di alam sehingga dapat menjadi sarana edukasi dan juga meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap satwa liar. Jika upaya konservasi Yaki tidak dilakukan dari sekarang maka Yaki akan semakin terancam dan mendekati ambang kepunahan,” tegasnya.
Disisi lain, Sudikromo, Camat Kecamatan Modayag mengapresiasi Pertamina dan pemerintah dengan dilakukannya pelepasliaran Yaki ini.
"Pemerintah harus sinergi, berbagai elemen dan lembaga melalui acara ini mendukung program ini. Dengan dilepasliarkan Yaki diharapkan meningkatkan perekonomian masyarakat di Desa Liberia Timur. Berharap dengan kegiatan semacam ini dapat dipertahankan, masyarakat dapat merawat dan mengembangkan. Mari kita semua bertanggungjawab, ciptaan Tuhan harus dijaga bersama,"tandasnya.