Pertamina Atasi Kendala Alam dalam Distribusi BBM di Kalimantan Barat

Pertamina Atasi Kendala Alam dalam Distribusi BBM di Kalimantan Barat

JAKARTA, PT Pertamina (Persero) continues to put in effort to overcome natural obstacles and limited infrastructure that hamper the distribution of fuel in West Kalimantan.


Kendala distribusi BBM dirasakan ketika musim kemarau tiba. Dalam 3-4 bulan, yaitu Mei, Juni, Juli dan Agustus, Pertamina harus merogoh biaya distribusi tambahan, yaitu Rp2-3 miliar per bulan untuk memastikan BBM dapat diterima masyarakat.


Pasalnya, selama periode tersebut aliran Sungai Kapuas di Kabupaten Sintang ketinggiannya menyusut drastis. Pada kondisi normal, ketinggian air sungai tersebut bisa mencapai 8--11 meter, namun ketika musim kemarau tiba ketinggian air surut hingga menjadi 40 centimeter saja sehingga tidak bisa dilalui SPOB (Self Propelled Oil Barge).


"Kondisi seperti ini dulu kejadiannya hanya 3 atau 4 tahun sekali. Tapi, 3 tahun terakhir surutnya air terjadi setiap tahun di musim kemarau," ujar Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya.


Sebagai jalan keluar, Pertamina mengalihkan distribusi BBM dengan memompa BBM dari kapal SPOB ke truk tangki di daerah Sanggau yang berjarak 97 km dari Sintang dan membawa pasokan BBM melalui jalan darat. Selain proses distribusi memakan waktu yang lebih lama, infrastruktur jalan yang dilalui juga sangat buruk.


"Terminal BBM Pontianak ke Terminal Sintang berjarak 514 km dan jalur paling mudah dan efisien adalah melalui Sungai Kapuas. Dengan pola ini biaya tambahan yang harus dikeluarkan Pertamina jika debit air (Sungai Kapuas) berkurang adalah sekitar Rp2-3 miliar/bulan."


Sebagai jalan keluar jangka panjang, Pertamina telah membangun depot mini di Kabupaten Sanggau dengan kapasitas sekitar 10.000 KL dengan kedalaman air pada musim kemarau sekitar 11 meter. Dengan depot mini tersebut dan Terminal BBM Sintang, daerah tengah Kalimantan Barat akan memiliki sarana dan fasilitas yang dapat menampung 30.000 Kl BBM.


"Begitu depot mini Sanggau tuntas pada akhir tahun ini, maka bisa menyimpan stok BBM untuk 3 bulan bagi wilayah Kalimantan Barat sehingga bisa menjamin keamanan pasokan," ungkap Hanung.


Hanya saja, jalan menuju depot mini tersebut saat ini masih berupa tanah merah berbatu yang berisiko pada musim penghujan dan memerlukan perkuatan pada beberapa jembatan yang masih terbuat dari kayu.


"Oleh karena itu, pemerintah daerah diharapkan turut serta membantu agar infrastruktur jalan memadai untuk jalur alternatif dari depot mini Sanggau menuju titik konsumen," kata Hanung.


Hanung juga mengungkapkan dengan dari kondisi riil di lapangan, Pertamina melihat kemungkinan Pontianak untuk memiliki Terminal BBM skala besar, yaitu 100.000 KL. Terminal BBM tersebut sangat strategis untuk ketahanan pasokan BBM di Kalimantan dan juga sebagai cadangan untuk kebutuhan Jakarta dan sekitarnya.


"Kami melihat pembangunan Terminal BBM skala besar, yaitu 100.000 KL di Pontianak semakin urgent dan strategis untuk diwujudkan untuk ketahanan pasokan BBM di Kalimantan. Selain itu, Pontianak cukup dekat dengan Jakarta sehingga terminal BBM tersebut bisa menjadi back up untuk kebutuhan Jakarta dan sekitarnya," pungkasnya.

Share this post