Kepulauan Togean, 07 September 2018 – Kementerian Pariwisata Indonesia mencatat kenaikan jumlah turis wisata bahari pada 2017 mencapai 2,5 juta dengan pendapatan mencapai Rp 13 trilyun. Pencapaian ini terus ditingkatkan untuk meraih target kunjungan 4 juta wisatawan mancanegara bahari dan devisa sebesar Rp 53,2 trilyun pada 2019.
Tidak terkecuali Kepulauan Togean di Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah, yang menjadi salah satu kawasan wisata strategis nasional. Kepulauan Togean yang terdiri dari banyak pulau ini memiliki potensi besar untuk melibatkan masyarakat setempat agar dapat meningkatkan perekonomian daerah dan nasional melalui sektor pariwisata.
Pelibatan masyarakat inilah yang didorong oleh PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region VII bersama Yayasan Toloka lewat kegiatan pemberdayaan masyarakat, di Desa Katupat, Pulau Togian, Kepulauan Togean. Pertamina bekerja sama dengan Yayasan Toloka menggerakan potensi masyarakat lokal lewat pelatihan pemanfaatan batok kelapa, yang banyak terdapat di Desa Katupat.
Bertempat di Desa Katupat, Kamis (06/09), General Manager Pertamina MOR VII Tengku Fernanda meresmikan pelatihan pembuatan kerajinan dari batok kelapa serta menyerahkan bantuan peralatan untuk pembuatan kerajinan kepada masyakarat Desa Katupat. Bantuan senilai Rp 90 Juta ini diberikan secara simbolis oleh General Manager MOR VII Tengku Fernanda kepada Direktur Eksekutif Yayasan Toloka Arly A. Kangke.
“Kepulauan Togean memiliki potensi yang sangat besar di sektor pariwisata, karenanya masyarakat lokal harus dapat terlibat dan turut merasakan manfaatnya. Melalui kemitraan dengan Yayasan Toloka ini, Pertamina ingin melibatkan masyarakat dalam pengelolaan wisata berbasis lokal,” ujar Tengku Fernanda.
Tengku menuturkan, bantuan pelatihan serta alat kerajinan ini diberikan sebagai bentuk upaya Pertamina dalam mengembangkan pemberdayaan masyarakat di Desa Katupat. “Dengan menggandeng Yayasan Toloka sebagai mitra, diharapkan pelatihan yang diberikan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan sebagai solusi untuk meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Pelatihan ini diikuti oleh 30 orang masyarakat dan berlangsung selama 2 hari pada tanggal 6-7 September 2018. Pada pelaksanaannya, para peserta akan dilatih mengenai pemanfaatan batok kelapa menjadi produk kerajinan yang menarik dan unik seperti asbak, gantungan kunci, nomer pintu hotel, hiasan meja, mangkok, sendok, gelas, dan produk-produk bermanfaat lainnya.
Tengku menambahkan, pelatihan diberikan untuk memberdayakan masyarakat agar dapat memanfaatkan sumber daya yang sudah ada dan tersedia di Desa Katupat. Ke depan jika sudah terampil, masyarakat dapat mengembangkannya menjadi salah satu mata pencaharian ataupun daya tarik wisata bagi para wisatawan yang berkunjung sehingga dapat menambah pemasukan bagi masyarakat setempat.
“Pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu concern penting di Pertamina yang diwujudkan lewat program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL). Harapannya, disamping memberdayakan ekonomi masayarakat , pemanfaatan batok kelapa menjadi kerajinan ini dapat semakin meningkatkan kepedulian masyarakat untuk menjaga lingkungan,” kata Tengku.
Direktur Eksekutif Yayasan Toloka Arly A. Kangke mengungkapkan, Yayasan Toloka merupakan sebuah NGO (LSM) lokal di Kepulauan Togean yang didirikan oleh sekelompok pemerhati lingkungan sejak tahun 1994. Awalnya Yayasan Toloka hanyalah sebuah organisasi kecil yang ada di kampung Ketupat yang berpartisipasi melakukan konservasi Sumber Daya Alam serta pengembangan ekonomi masyarakat. Sejak tahun 1996, lembaga ini resmi bernama Yayasan Toloka dengan formula program yang terarah pada berkelanjutan, serta menjunjung tinggi hak dan kedaulatan masyarakat adat lokal.
“Kami berterima kasih pada Pertamina. Melalui kemitraan bersama Pertamina, bantuan pelatihan dan alat kerajinan ini akan menjadi langkah awal kami dalam menggalakan konservasi lingkungan dan pemberdayaan sosial bagi kesejahteraan masyarakat sesuai tujuan kami. Semoga kerjasama dengan Pertamina ini dapat terus terjalin positif ke depannya,” ujar Ary.
Adapun, pemberian bantuan Bina Lingkungan di Desa Katupat ini merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan ‘Tour de Terumbu’ yang dilakukan Pertamina di Kepulauan Togean pada tanggal 5-7 September 2018. Sebelumnya pada Rabu, (05/09) Pertamina telah menyerahkan bantuan Bina Lingkungan berupa 3 unit Mesin Kapal Ketinting dan 2 unit MCK bagi masyarakat Desa Una-Una. Dilanjutkan dengan kegiatan transplantasi 5600 bibit karang di bawah laut Pulau Pangampea pada Kamis, (06/09).
Sesuai dengan namanya, kegiatan ‘Tour de Terumbu’ ini tidak hanya dilakukan di Kepulauan Togean, namun tur transplantasi karang di 3 lokasi. “Selain di Kepulauan Togean, rangkaian tur kegiatan transplantasi karang ini telah didahului di 2 lokasi di wilayah Sulawesi Tenggara yakni di Wakatobi, 1000 bibit pada Sabtu, (25/08) dan di Kolaka, 200 bibit pada Rabu, (29/08) lalu,” pungkas Tengku.
Sejak tahun 2017 hingga semester I 2018 PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region VII telah menyalurkan bantuan bina lingkungan di bidang Pendidikan dan/atau Pelatihan sebesar Rp 17,3 Milyar di wilayah Sulawesi.*