Makassar, 4 Oktober 2019 - Memulihkan korban trauma pada anak, membutuhkan metode dan pendekatan tersendiri, terlebih korban trauma yang sudah berkepanjangan. Pertamina menyiapkan metode khusus untuk pendidikan anak-anak korban trauma melalui Program Sekolah Anak Percaya Diri dengan pilot project di Kelurahan Pattingalloang, Kecamatan Ujung Tanah, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Unit Manager CSR & Communication Pertamina MOR VII, Hatim Ilwan, menjelaskan, Sekolah Anak Percaya Diri mulai dibangun tahun 2018, awalnya sebagai wadah bagi anak-anak korban trauma untuk berekspresi dan berkegiatan positif. "Umumnya anak-anak korban KDRT, eksploitasi anak, kekerasan seksual, hingga korban humantrafficking," ujar Hatim.
Seiring perkembangan waktu, menurut Hatim, mulailah disusun kurikulum pembelajaran yang komprehensif pada Sekolah Anak Percaya Diri. "Kurikulum pembelajaran disusun agar pembelajaran lebih efektif dalam upaya mengobati trauma, melatih anak untuk bekerjasama serta menggali minat dan bakat anak, agar anak merasa memiliki kelebihan yang dapat dikembangkan,’” terangnya.
Kurikulum Sekolah Anak Percaya Diri, lanjut Hatim, terdiri tiga bagian yakni sain dan karya wisata sebagai bimbingan kecerdasan kemudian seni, sastra dan permainan untuk menggali potensi dan bakat anak serta materi agama untuk menanamkan nilai-nilai moral.
Menurut Hatim, saat ini Sekolah Anak Percaya Diri telah memiliki 58 siswa aktif yang dibagi dalam dua kelas dengan jadwal belajar setiap hari Jumat dan Minggu. Untuk mendukung proses belajar mengajar yang efektif, Pertamina menyiapkan tenaga pengajar yang ahli di bidangnya, pendampingan dari psikolog serta menghadirkan beberapa tokoh dari berbagai profesi untuk memberikan inspirasi kepada anak-anak.
“Saat ini perkembangan siswa cukup menggembirakan, mereka mulai percaya diri, berani tampil serta mengikuti berbagai kompetisi. Bahkan, hasil evaluasi pembelajaran menunjukkan nilai rata-rata mereka di atas 70,” imbuh Hatim.
Pada tahun ini, Pertamina memperluas cakupan Sekolah Anak Percaya Diri, bukan hanya korban trauma, tetapi juga kepada anak-anak yang berasal dari keluarga kurang harmonis. Bahkan, Pertamina juga akan memberikan kelas parenting bagi para orang tuanya. Tujuannya, memberikan pembinaan mengenai cara menjadi orang tua yang baik, bagaimana cara mendidik anak, yang benar, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam mendidik anak dan pembinaan lainnya.
“Untak tahap awal, kita targetkan kelas parenting ini bisa diikuti oleh 20 orang tua dengan bimbingan langsung dari para psikolog dan ahli parenting serta menggandeng Lembaga Bantuan Hukum APIK,” ujar Hatim.
Pada triwulan III 2019 ini, Pertamina juga akan menyempurnakan program Sekolah Anak Percaya Diri dengan membuka sesi konsultasi dan pembinaan psikologis oleh psikolog untuk menilai secara lebih terukur mengenai keberhasilan program dalam memulihkan trauma anak.
“Harapannya program ini bisa terus berkelanjutan sehingga akan semakin banyak anak-anak korban trauma yang terbantu, termasuk pembinaan orang tua dalam mendidik anak dengan benar,” pungkas Hatim.**