Cilacap (26/11/2020) – Para perwira Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap yang tergabung dalam tim losses mengikuti upskilling /pelatihan peningkatan kemampuan yang dilakukan secara pembelajaran daring melalui aplikasi M- Teams dan campuran pembelajaran offline.
Pesertanya, merupakan pekerja antar fungsi yang terdiri dari fungsi ECLC, Finance, OM 60 & 70, termasuk IT yang bersinergi mengikuti classroom selama 4 hari (23-26/11/20) di Gedung Persatuan Wanita Patra (PWP) kompleks Perumahan Pertamina Gunung Simping, Cilacap.
Dengan segala keterbatasan karena Pandemi Covid-19, sebagian materii upskilling dipaparkan melalui M- Teams. Menampilkan narasumber dari kantor pusat maupun internal RU IV materi yang disampaikan meliputi, anatomi kapal, proses bisnis RPO, security maritime, loading master 60 & 70, safety approval vessel, dan proses bisnis Pertamina Trans Kontinental (PTK).
Arif Ika Pujianto, Section Head Supply Chain, Refining Planning Optimization (RPO) RU IV mengatakan, kegiatan ini sebagai refreshment dan peningkatan kompetensi bagi tim losses. "Losses merupakan concern manajemen di RU IV maupun pusat dan upskilling ini adalah agenda rutin tahunan untuk mendongkrak KPI,” ujarnya. Arif juga menjelaskan mengenai pencapaian target KPI RU IV. “Targetnya pada point 0,15 dan berdasarkan inisiatif RU IV target saat ini sudah mencapai point 0,13,” imbuhnya.
Sementara, Zulkifli, Senior Officer Security/HSSE Shipping- Safety Assurance and Security PT Pertamina (Persero) menyampaikan secara keseluruhan target upskilling adalah pencapaian Key Performance Index (KPI) dan tercapainya penurunan losses. Ia menyatakan hal ini saat memberikan materi ‘safety maritime’ melalui M-Teams. “Banyak potensi kecurangan terjadi pada proses pengapalan minyak mulai proses loading hingga pengiriman,” katanya.
Menurut Zul, selama ini ada persepsi yang salah, bahwa sekuriti adalah satpam. Jadi seolah- olah tugas pengamanan cukup di tangan sekuriti. ”Padahal tanggung jawab pengamanan adalah kewajiban semua insan Pertamina, maka budaya sekuriti perlu ditanamkan dalam diri masing-masing, ” katanya.
Lanjut Zulkifli, kecurangan proses pengapalan bisa terjadi karena loading master yang tidak mengetahui anatomi kapal. “Saat pengukuran sudah dilakukan dengan benar secara bersama-sama, pengecekannya juga melibatkan surveyor, loading master dan crew kapal namun saat serah terima minyak, ternyata volume berkurang,” jelasnya. Jika dilakukan mitigasi dan terdeteksi perusahaan mengalami kerugian, lanjut Zulkifli, maka dapat menimbulkan sanksi bagi loading master sebagai garda terdepan. “Sanksi tidak hanya bentuk peringatan tapi langsung dilakukan pemecatan,” tegasnya.
Hari pertama upskilling dilanjutkan dengan materi tentang proses bisnis RPO dibawakan Arif Ika Pujianto, dengan tujuan agar peserta mendapatkan insight terkait proses bisnis di Refinery sekaligus mengetahui target KPI yang telah ditetapkan untuk pencegahan losses. Berikutnya kembali melalui jaringan online disampaikan materi presentasi lanjutan tentang mitigasi fraud& anatomi kapal oleh Danan Eko Prihutomo, dari Ship Performance.
“Intinya selama 4 hari upskilling ini diharapkan peserta dapat memahami hal-hal yang berkaitan dengan potensi fraud di kapal, memahami penggunaan alat ukur kapal, memperoleh wawasan mengenai pengamanan cargo yang dilakukan selama pengapalan, termasuk tindakan yang dilakukan terhadap kru kapal yang melakukan fraud, dan pengetahuan terkait safety approval serta kriteria kapal yang memenuhi standar keselamatan, juga tentang proses penyandaran kapal,” tutup Arif.**