Taskforce ESC B20 Rekomendasikan Kebijakan untuk Transisi Energi Berkelanjutan
JAKARTA - Program B20 pada Taskforce Energy, Sustainability and Climate (ESC) memiliki beberapa aksi yang harus segera dilakukan, antara lain mempercepat transisi penggunaan energi berkelanjutan. Untuk itu pada Jumat, 20 Mei 2022, Taskforce ESC menggelar side event yang bertajuk Transition to Cleaner Energy for Mobility and Other Towards Zero Emission secara hybrid (Offline-Online) di Jakarta.
Seperti diketahui, tantangan mengenai isu energi dunia semakin memprihatinkan karena dampak dari berbagai peristiwa, seperti ancaman perubahan iklim yang semakin nyata dan membawa kesengsaraan bagi masyarakat dunia. Selanjutnya, ancaman dan dampak perang di Eropa dan konflik di berbagai belahan dunia juga berdampak sangat negatif terhadap perekonomian global.
Tak hanya itu, upaya pemulihan kondisi perekonomian nasional dan global dari dampak pandemi COVID-19 dan turunannya mengalami tantangan dan hambatan yang cukup serius sehingga cenderung berjalan lambat.
Menyadari beberapa tantangan tersebut di atas, side event Taskforce ESC membahas hal-hal strategis bersama para pemangku kepentingan. Pertama, perlunya peningkatan upaya strategis bersama dari semua sektor untuk lebih mempercepat penurunan emisi karbon sejalan dengan target NDC Nasional menuju Tujuan Transisi Energi dan NZC 2060, terutama di sektorsektor yang mengonsumsi energi terbesar seperti Industri, Transportasi, dan Bangunan.
Kedua, perlunya penguatan kebijakan dan regulasi yang jelas, konsisten, dan efektif dalam mendorong penggunaan Energi Bersih dan Terbarukan yang disertai dengan upaya efisiensi dan konservasi energi yang masif dan terukur.
Ketiga, perlunya membangun kemampuan produksi Energi Bersih Nasional agar lebih mandiri dan berkelanjutan, antara lain melaksanakan strategi hilirisasi seluruh proses produksi energi nasional guna memperoleh nilai tambah yang meningkatkan penerimaan negara.
Keempat, perlunya kesadaran masyarakat akan pentingnya upaya di atas, sehingga dapat tercipta pasar nasional yang besar untuk menjamin penyerapan produksi EBT dan penerapan EE di semua sektor perekonomian nasional untuk mengurangi intensitas energi dalam memelihara dan meningkatkan daya saing perekonomian nasional.
Ketua Forum B20 Indonesia 2022, Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, untuk mempercepat proses transisi energi, memperkuat penyesuaian dan stabilitas sistem energi global, G20 diharapakan bisa menjangkau dan mendorong negara-negara berkembang dan maju.
“Karena ini adalah kesempatan untuk membangun transisi energi sebagai momentum internasional ke masa depan energi yang berkelanjutan. Melalui G20 ini, presidensi Indonesia dapat mendorong dan menempa operasi berkelanjutan global ini,” ujar Shinta yang juga Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Maritim, Investasi dan Luar Negeri Kadin Indonesia.
Selain itu, Shinta menyampaikan, salah satu upaya mendorong hal tersebut melalui bidang pembiayaan, peran swasta serta pemerintah dan lembaga keuangan dalam meningkatkan dan mempercepat penerapan sistem energi rendah karbon dengan menyempurnakan kebijakan dan regulasi untuk menciptakan iklim yang kondusif untuk berinvestasi sebagai tuan rumah kepresidenan G20 di 2022.
“Indonesia memiliki peluang untuk membangun gerakan internasional yang lebih kuat dalam transisi energi menuju masa depan energi yang berkelanjutan. Sebagai Komunitas bisnis, B20 tak hanya menciptakan tujuan, tetapi juga kemajuan dan manfaat nyata dari presidensi Indonesia G20 menuju masa depan yang maksimal,” kata Shinta.
Deputy Chair Taskforce ESC B20 Agung Wicaksono mengatakan, B20 sebagai kelompok yang menjangkau komunitas bisnis di negaranegara G20 harus menjadi katalisator pemulihan hijau yang kuat dengan prinsip ketahanan energi, kesetaraan energi dan kelestarian lingkungan.
“Satgas yang diketuai oleh Nicke Widyawati tersebut saat ini merupakan rekomendasi kebijakan final untuk transisi energi berkelanjutan dengan fokus pada tiga isu prioritas,” ujarnya.
Agung menambahkan, tiga isu prioritas yang diusung.
Taskforce ESC B20, pertamna mempercepat transisi ke penggunaan energi berkelanjutan dengan mengurangi intensitas karbon penggunaan energi ke beberapa jalur dan salah satunya adalah kendaraan listrik.
Kedua, memastikan penyesuaian transisi yang teratur dan terjangkau ke penggunaan energi berkelanjutan di negara berkembang dan berkembang. Ketiga adalah untuk meningkatkan akses dan ketersediaan tingkat konsumen yang mengkonsumsi energi modern bersih.
“Tindakan kebijakan yang fokus juga dan adopsi teknologi oleh usaha mikro kecil dan menengah dan membawa dasar transisi dengan mengatasi hambatan keterjangkauan di negaranegara berkembang,”
Untuk itu, Agung berharap melalui pertemuan yang diadakan ini bisa berbagi wawasan dan mengembangkan percakapan, mengumpulkan masukan dari para pemangku kepentingan di lingkungan pemerintah, entitas bisnis, masyarakat sipil dan asosiasi di sektor energi dan mitra terkait lainnya.
“Semoga dengan kerja sama bisnis ini kita dapat mendukung para pemimpin G20 dalam KTT G20 tidak hanya dengan rekomendasi kebijakan yang tepat dan dapat ditindaklanjuti tetapi juga menciptakan kerja sama kolaboratif aksi bisnis,” tutur Agung.•HM
{{ selectedMainItem.extraDescription }}
{{ selectedMainItem.extraDescription }}